Senin 20 Jul 2020 18:12 WIB

Dedy Mulyadi: Tepung Pati Harus Bisa Gantikan Tepung Terigu

Saat ini konsumsi terigu sekitar 15-20 kilogram per kapita per tahun

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Olahan ubi diharapkan bisa mensubstitusi tepung terigu yang selama ini menjadi bahan baku berbagai produk makanan jadi.
Foto: Humas Balitbangtan.
Olahan ubi diharapkan bisa mensubstitusi tepung terigu yang selama ini menjadi bahan baku berbagai produk makanan jadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi IV DPR, Dedy Mulyadi mendukung upaya pengembangan ubi jalar di Indonesia. Pihaknya menginginkan agar olahan ubi bisa mensubstitusi tepung terigu yang selama ini menjadi bahan baku berbagai produk makanan jadi.

"Saat ini konsumsi terigu sekitar 15-20 kilogram per kapita per tahun. Ini harus bisa kalahkan tepung terigu, jangan kita memperkaya Amerika saja karena itu impor," kata Dedy dalam Rapat Pimpinan Nasional Asosiasi Asosiasi Agrobisnis Petani Ubi Jalar Indonesia (Asapuji) secara virtual, Senin (20/7). Agenda ini dilaksanakan atas kerja sama antara Republika, Kementan, dan PT Pupuk Indonesia.

Baca Juga

Dedy mengatakan, dalam proses pengembangan ubi jalar, ia meminta agar para pihak terkait tidak terlalu menggembar-gemborkan produk ubi jalar dengan kesuksesan bisnisnya.

photo
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedy Mulyadi - (Antara/M Risyal Hidayat)

Sebab, hal itu bisa memancing budidaya ubi jalar secara meluas, alhasil harga justru fluktuatif dan cenderung menurun. Ia menilai, pengembangan ubi jalar harus diatur dengan benar agar produksi meningkat namun harga tetap terjaga.

Ia menuturkan, membudidayakan ubi jalar sangat mudah dan memiliki prospek pasar yang menjanjikan bagi para petani. Karena itu, pihaknya optimistis ubi jalar akan berhasil untuk dikembangkan secara masif berdasarkan wilayah yang sejak dahulu mengkonsumsi ubi.

"Dalam etikanya, umbi-umbian, itu bisa tumbuh tanpa perawatan sekalipun. Harapan saya kelak bisa terjadi keanekaragaman pangan ketika orang mulai ada yang takut konsumsi beras karena kadar gula yang tinggi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement