Senin 20 Jul 2020 15:44 WIB

Covid-19 Diprediksi Dua Tahun, Kesthuri: Yakin Ada Kemudahan

Tawakal menjadi jalan terbaik menghadapi pandemi saat ini.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Fakhruddin
Kesthuri
Foto: Kesthuri.com
Kesthuri

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah dan pengusaha yang menyelenggarakan haji dan umrah harus mempersiapkan bagaimana pandemi yang berkepanjangan ini tak mengganggu penyelenggaraan umrah terutama haji tahun depan. Ilmuan telah memprediksi Covid-19 akan berlangsung antara 18 sampai 24 bulan.

Ketua Umum Kesthuri Asrul Azis Taba tak membantah dan juga tak mengamini prediksi lamanya waktu Covid-19 akan sampai dua tahun itu pasti terjadi. Prediksi tersebut mesti dihargai karena merupakan prodak ilmiah yang harus dihormati semua pihak.

"Itukan prediksi, apapun dasarnya," katanya saat dihuhungi, Senin (20/7).

Asrul mengatakan, semua pihak termasuk penyelenggara haji ibadah umrah (PPIU) dan penyelenggara ibadah haji khusus (PPIU) harus yakin bahwa setiap kesulitan ada kemudahan. Untuk itu tawakal menjadi jalan terbaik menghadapi pandemi saat ini.

"Tapi kita juga harus punya keyakinan, setiap ada kesulitan akan ada kemudahan," katanya. 

Asrul menyarankan, selain berusaha mencari jalah keluar dari kesulitan karena pandemi, terutamanya semua pihak yang berkaitan dengan umroh dan haji harus berdoa, agar umroh bisa dibuka kembali dan tahun depan haji dapat diselenggarakan secara normal. "Sambil kita semua berusaha menghadapi kondisi pandemi ini, kita juga bersiap-siap dan berharap umrah bisa dibuka kembali," katanya.

Apalagi kata Asrul, Kerajaan Arab Saudi telah mempersiapkan haji walaupun dalam kondisi terbatas. Artinya hal ini dapat diprediksi umroh juga akan dibuka kembali meski dengan protokol-protokol kesehatan. "Kita berdoa semoga berjalan dengan baik dan setelah selesai haji umrah dibuka kembali," katanya. 

Menurutnya, berbagai info produk penangkal disamping dahsyatnya bahaya penularan, terkadang membingungkan. Terkait informasi terkait Covid-19 yang berdampak terhadap umrah dan haji mesti terverifikasi agar tak menjadi jebakan hoaks. "Ditambah lagi info-info yang dianggap hoaks," katanya.

Sebelumnya sebuah laporan hasil penelitian dari studi pemodelan yang dilakukan Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular (CIDRAP) di Universitas Minnesota, Amerika Serikat mengungkap sekitar 70 persen orang perlu memiliki kekebalan untuk menghentikan penyebaran virus yang menyebabkan penyakit Covid-19 itu.

Dilansir dari laporan CBS News, Sabtu (2/5), faktor utama dalam prediksi penelitian untuk pandemi ini bertumpu pada kekebalan kelompok. Artinya, mengacu pada resistensi masyarakat luas terhadap penyebaran penyakit menular yang terjadi ketika sebagian besar orang kebal, baik melalui vaksinasi atau sudah pernah terpapar sebelumnya.

“Panjang pandemi kemungkinan akan (berlangsung) 18 hingga 24 bulan karena kekebalan kelompok secara bertahap akan berkembang dalam populasi manusia,” tulis laporan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement