Ahad 19 Jul 2020 23:24 WIB

6 Kasus Covid di Kota Bogor Terpapar dari Moda Transportasi

Enam orang terkonfirmasi positif, semua dari klaster luar Kota Bogor.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Andi Nur Aminah
Petugas medis mengambil sampel darah warga saat rapid test massal di Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (17/6/2020). Badan Intelijen Negara (BIN) menggelar tes diagnostik cepat (rapid rest) massal gratis kepada warga guna mendeteksi dan mengantisipasi penyebaran COVID-19
Foto: ANTARA /Yulius Satria Wijaya
Petugas medis mengambil sampel darah warga saat rapid test massal di Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (17/6/2020). Badan Intelijen Negara (BIN) menggelar tes diagnostik cepat (rapid rest) massal gratis kepada warga guna mendeteksi dan mengantisipasi penyebaran COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kota Bogor kembali mengumumkan penambahan kasus positif Covid-19. Per Ahad (19/7), jumlah positif Covid-19 bertambah enam kasus menjadi 223 orang. "Enam orang terkonfirmasi positif, semua dari klaster luar Kota Bogor," kata Wakil Wali Kota Bogor sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Dedie A Rachim.

Dedie mengatakan, mereka memang warga yang beralamat di Kota Bogor. Namun, aktivitas mereka tidak berada di Kota Bogor. Demikian, Dedie menjelaskan, mereka disebut sebagi klaster luar Kota Bogor. "Mereka ini yang melakukan perjalanan dengan sarana multi moda transportasi," kata dia.

Baca Juga

Dedie menyatakan, enam kasus itu bukan hasil swab kepada 70 orang dalam pemantauan (ODP) dari hasil penelusuran usai ditemukannya tujuh kasus positif di Terminal Baranangsiang. Ia mengaku, 70 sampel itu masih menunggu hasilnya.

Diketahui, Pemkot Bogor melakukan swab test kepada 114 orang yang berasal dari calon penumpang, pengelola terminal dan sopir bus di Terminal Baranangsiang pada Jumat (10/7). Hasilnya, tujuh orang dinyatakan positif Covid-19 termasuk pengelola terminal. Dari kasus itu, dilakukan penelusuran sehingga terdapat 70 ODP. "Kita tunggu hasil laboratorium-nya. Tapi kita pengennya segera ya," ucapnya.

Dengan adanya kasus itu, Dedie menyatakan, moda transportasi publik masih berpotensi menjadi tempat persebaran Covid-19. Oleh karena itu, Dedie meminta, agar semua pihak tetap memperketat protokol kesehatan.

"Sejak awal pandemi transportasi publik sudah menjadi perhatian pemerintah daerah agar diberi perhatian khusus untuk mengurangi tingkat resiko," jelasnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement