Ahad 19 Jul 2020 19:28 WIB

Pemerintah Dorong Pengembangan Green Fuel

Pada beberapa aspek, green fuel lebih unggul dari bahan bakar fosil.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
Petugas menunjukkan sampel bahan bakar B30 di Kementerian ESDM, Jakarta (ilustrasi). Kementerian ESDM mendorong pengembangan green fuel berbasis sawit.
Foto: Prayogi/Republika.
Petugas menunjukkan sampel bahan bakar B30 di Kementerian ESDM, Jakarta (ilustrasi). Kementerian ESDM mendorong pengembangan green fuel berbasis sawit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian ESDM mengembangkan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan. Selain mengimplementasikan penggunaan bahan bakar yang berasal dari campuran solar dan asam lemak metil ester (FAME) 30 persen, pemerintah juga mendorong pengembangan green fuel berbasis sawit.

Direktur Bioenergi pada Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, mengatakan, pemerintah terus mendorong pemanfatatan bahan bakar nabati. Saat ini tengah dilakukan uji coba biodiesel 40 persen (B40) dan pengembangan green fuel yang nantinya diharapkan dapat menghasilkan Green Diesel (D100), Green Gasoline (G100) dan Green Jet Avtur (J100) yang berbasis minyak sawit mentah (CPO).

Baca Juga

"Pemerintah tengah menggandeng PT Pertamina untuk melakukan pengembangan green fuel di kilang-kilang di sentra produksi sawit, baik secara coprocessing maupun pembangunan kilang baru ke depan khusus untuk green fuel," kata Feby menjelaskan, Ahad (19/7).

Saat ini Pertamina telah berhasil menginjeksikan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) pada unit Distillate Hydrotreating Refinery Unit (DHDT) di beberapa kilang yang ada. Pertamina menggunakan katalis Merah-Putih hasil karya tim ITB.

Untuk Refinery Unit II, Dumai, lanjut Feby, Pertamina menguji coba bertahap ampuran 7,5 persen, 12,5 persen hingga 100 persen. "Kita patut memberikan apresiasi atas keberhasilan Pertamina memproduksi green diesel dengan bahan baku 100 persen CPO. Harapannya uji coba ini bisa dilanjutkan di RU-RU lainnya," kata Feby.

Produk green fuel ini mempunyai karakterisitik yang mirip dengan bahan bakar yang berbasis fosil. Bahkan untuk beberapa parameter, kualitas green fuel jauh lebih baik dari bahan bakar berbasis fosil.

Green diesel atau diesel biohidrokarbon lebih unggul dibandingkan diesel fosil maupun biodiesel FAME. Keunggulannya antara lain, cetane number yang relatif lebih tinggi, kandungan sulfur lebih rendah, stabilitas oksidasi lebih baik serta warna yang lebih jernih.

Dalam rangka menyamakan persepsi terhadap produk-produk bahan bakar nanabti, saat ini Pemerintah sedang menyusun usulan nomenklatur untuk bahan bakar nabati, yaitu Biodiesel dengan kode B100, Bioetanol (E100), Bensin biohidrokarbon (G100), Diesel biohidrokarbon (D100), avtur biohidrokarbon (J100).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement