Ahad 19 Jul 2020 14:18 WIB

Dirut Pertamina Sebut Minyak Impor Murah, Ini Kata SKK Migas

SKK Migas menyoroti kinerja hulu Pertamina.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Pengeboran sumur minyak bumi
Foto: Antara
Pengeboran sumur minyak bumi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Sutjipto menilai anggapan Dirut Pertamina, Nicke Widyawati terkait harga minyak mentah yang murah tak sepenuhnya benar. Sebab, ia menilai ada komponen lain pembentuk harga sehingga meski murah di pasar, ketika di bawa ke Indonesia maka belum tentu murah.

Dwi menjelaskan produksi minyak dalam negeri masih harus terus dilakukan dibanding mengandalkan impor meskipun harga minyak saat ini sedang rendah. menegaskan harga minyak mentah murah juga pasti akan jadi lebih tinggi jika dibawa ke tanah air karena ada berbagai komponen biaya yang harus ditanggung.

Baca Juga

“Misalnya impor lebih murah mestinya ditunjukkan, dibandingkan dengan angka tidak hanya kata-kata, Kalau enggak ada ongkos transport saya yakin (murah). Saya juga pernah jadi Dirut Pertamina, crude domestik lebih murah dari pada impor, ini perlu diklarifikasi,” kata Dwi, Ahad (19/7).

Pernyataan Dwi tersebut tentu bertolak belakang dengan apa yang kerap kali dinyatakan Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina (Persero). Dalam berbagai kesempatan Nicke menganggap impor minyak lebih murah daripada membeli minyak dalam negeri.

Nicke pernah menyampaikan saat harga minyak anjlok, impor minyak lebih murah. Menutup kilang dan sumur juga akan lebih menguntungkan bagi perseroan.

Namun, hal tersebut tidak dilakukan karena Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Jika hal tersebut dilakukan, industri turunannya akan ikut mati.

“Kalau mau profit saja mah gampang, beli saja. Kondisi kemarin harga impor produk lebih murah dari impor crude, itu April-Mei. Itu kondisi anomali memang,” kata Nicke.

SKK Migas pun meminta Pertamina untuk tetap menggenjot produksinya karena hal itu jauh lebih baik dibanding mencari-cari minyak dari luar negeri.

Untuk itu, SKK Migas menyoroti kinerja hulu Pertamina, karena banyak anak usahanya yang mendapat rapor merah realisasi lifting migas semester I 2020 karena masih jauh dari target. Sepanjang semester I 2020 realisasi lifting minyak nasional baru sebesar 720,2 ribu barel minyak per hari (bph).

Realisasi ini berasal dari 15 kontraktor, di mana empat di antaranya berasal dari anak usaha Pertamina di bidang hulu.

Dwi mengatakan sudah berkirim surat peringatan ke Pertamina. “Terkait kinerja merah tiap bulan kami review. Kami kirim surat cinta terhadap yang merah-merah itu. Kami sampaikan peringatan, kami panggil, diskusikan. Kami secara serius sampaikan capaian target semua wilayah kerja Pertamina,” ungkap Dwi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement