Ahad 19 Jul 2020 13:44 WIB

'Pak Sapardi tak Menyadari Betapa Dahsyat Puisinya'

Sapardi pernah memberikan kado berupa puisi saat ulang tahun Ananda Sukarlan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Sapardi Djoko Damono
Foto: dok Galeri Indonesia Kaya
Sapardi Djoko Damono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komposer Indonesia Ananda Sukarlan turut berduka mendengar kabar berpulangnya sastrawan Sapardi Djoko Damono. Ananda mendoakan yang terbaik untuk sosok idolanya tersebut, serta mengenang kebaikan almarhum semasa hidup.

"Pak Sapardi buat saya kayak ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk. Sangat humble, mungkin dia tidak sadar betapa dahsyat puisinya. Buat dia, puisi mengalir saja, bukan sesuatu yang membikin eksis," ujar Ananda saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (19/7).

Pianis tersebut telah menggubah musik dari sekitar 30 puisi Sapardi yang sudah ada. Selain itu, terdapat dua karya musik Ananda yang lahir dari puisi khusus yang memang sengaja ditulis Sapardi. Salah satunya bertajuk "Kita Ciptakan Kemerdekaan".

Beberapa tahun lalu, Sapardi menciptakan puisi tersebut atas permintaan paduan suara Institut Teknologi Bandung (ITB) dan langsung digubah menjadi musik oleh Ananda. Satu puisi lainnya amat istimewa karena merupakan kado ulang tahun untuk sang komposer.

 

Pada 10 Juni 2007, tepatnya pada hari jadi Ananda, Sapardi mengirimkan surel yang isinya meminta Ananda membaca salah satu koran nasional untuk melihat hadiahnya. Pada rubrik sastra di koran tersebut, terdapat puisi berjudul "Sonet untuk Andy, Pengamen".

Ananda mengaku sangat bahagia dengan keakraban serta berbagai kolaborasi antara dia dan almarhum. Dalam pandangan Ananda, karya-karya puisi Sapardi sangat indah dan sederhana, tetapi kekuatannya bisa melampaui kata-kata.

Sebagai musisi, Ananda kagum karena puisi Sapardi punya karakteristik khusus. Bagi Ananda, tidak semua puisi bisa berbunyi menjadi musik. Akan tetapi, lebih dari 90 persen puisi Sapardi bisa menghasilkan tekstur dan harmoni musik.

Menurut Ananda, pada hakikatnya Sapardi mengajarkan kepada penikmat sastra bahwa kata-kata memiliki makna metaforik. Itu menjadi pengingat baik di era sekarang, di mana kata-kata lebih kerap digunakan secara harfiah semata.

"Sapardi menyadarkan betapa indahnya kata-kata itu kalau kita berpikir lebih dalam. Sapardi mengonfirmasi apa yang dikatakan William Shakespeare, bahwa kata-kata tidak diciptakan untuk berkomunikasi, tapi untuk mencintai," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement