Sabtu 18 Jul 2020 22:26 WIB

Ada Kemungkinan Stunting dan Obesitas Anak Naik Saat Pandemi

Meningkatnya stunting dan obesitas karena minim gerak dan banyaknya konsumsi olahan

Dua anak memakai pelindung wajah saat bermain sepeda  dalam uji coba hari bebas kendaraan di kawasan Lapangan Puputan Margarana Denpasar, Bali. Dokter ingatkan kemungkinan jangka panjang meningkatnya stunting dan obesitas akibat pandemi
Foto: ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Dua anak memakai pelindung wajah saat bermain sepeda dalam uji coba hari bebas kendaraan di kawasan Lapangan Puputan Margarana Denpasar, Bali. Dokter ingatkan kemungkinan jangka panjang meningkatnya stunting dan obesitas akibat pandemi

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO --  Masa Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada kehidupan orang dewasa saja, tapi juga sangat memengaruhi kehidupan pada anak anak. Jika dibiarkan secara terus menerus dikhawatirkan akan berdampak pada tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun psikis. 

Dokter spesialis anak Siloam Hospitals Manado dr Johny Lambert Rompis SpA(K) mengatakan, Covid-19 sedang berlangsung di seluruh dunia. Di Indonesia, pertama kali dideteksi 2 Maret 2020 dan saat ini pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi di indonesia. Saat ini, Pemerintah Indonesia mulai menerapkan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). 

“Hal ini tentu saja juga berdampak pada 80 juta anak di Indonesia. Mereka sangat berpotensi mengalami dampak serius akibat beragam dampak sekunder yang timbulkan,  baik jangka pendek maupun jangka panjang,” ungkapnya pada Health Talk melalui daring Siloam Hospitals Manado, Jumat (17/7). 

Menurut dr Johny, anak memiliki dampak terhadap kesehatan, kesejahteraan, perkembangan dan masa depannya. Tidak hanya itu, dampak sosio-ekonomi terhadap anak, seperti kemiskinan anak, pendidikan, gizi, pengasuhan, dan keamanan. Hal ini sehubungan dengan terjadinya pelemahan ekonomi, pendapatan orang tua mereka pun mengalami penurunan drastis. 

Akibatnya, konsumsi rumah tangga atau daya beli jauh menurun. Alhasil, kemampuan untuk menyediakan asupan nutrisi anak dan kemampuan masyarakat untuk memberikan pengobatan kepada anak mereka juga terkendala dan berkurang. Dr Johny menambahkan malnutrisi dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, sekaligus juga mempengaruhi perkembangan anak dan performa di sekolah. 

Dampak jangka panjang, krisis Covid-19 dikhawatirkan akan meningkatkan prevalensi stunting dan obesitas akibat terbatasnya aktivitas fisik dan meningkatnya konsumsi makanan olahan secara terus menerus yang mengandung kadar gula, garam dan lemak yang tinggi.

“Kedua hal ini harus diwaspadai dan akan membahayakan masa depan mereka. Terutama akan meningkatkan resiko penyakit degeneratif yang akan mereka dapatkan di saat anak-anak ini masuk pada usia remaja dan dewasa muda,” paparnya. 

Tidak hanya terhadap fisik, dr Johny menambahkan masa pandemi Covid-19 juga berdampak terhadap perkembangan mental anak. Hal ini terjadi karena keterbatasan interaksi dan banyaknya aturan baru juga dapat memberikan dampak tingkat stress pada anak. 

Misalnya saja tentang tidak boleh bermain di luar bersama teman, dan penggunaan masker. Bahkan pada remaja akan mengalami perasaan terisolasi dan kesepian. “Pandemi ini juga berpotensi menjadi kenangan traumatis yang permanen pada anak dan remaja.  Terutama pada anak-anak yang mengalami kehilangan atau meninggalnya anggota keluarga karena Covid-19,” ungkapnya. 

Hal lain yang disampaikan, dr Johny, masa pandemi ini juga akan memberikan dampak terhadap rasa aman kepada anak. Itu sejalan dengan survei Komnas Perempuan yang dilakukan bulan April-Mei 2020 yang lalu menunjukan angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terjadi pada 80 persen keluarga dengan penghasilan dibawah 5 juta perbulan. 

Secara umum, KDRT di domisili kekerasan psikologis dan KDRT. Bahkan anak akan menjadi objek pelampiasan kemarahan atau stress orang tua terhadap permasalahan yang dihadapinya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement