Sabtu 18 Jul 2020 01:04 WIB

Menggali Tempat Wisata dengan Travel Storytelling

Travel Storytelling juga bisa menjadi alat mempromosikan tempat wisata.

Travel Storytelling juga bisa menjadi alat mempromosikan tempat wisata (Foto: Suasana lansekap kota Sawahlunto, terlihat dari Puncak Cemara)
Foto: Iggoy El Fitra/Antara
Travel Storytelling juga bisa menjadi alat mempromosikan tempat wisata (Foto: Suasana lansekap kota Sawahlunto, terlihat dari Puncak Cemara)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Travel Storytelling dinilai efektif menjadi metode untuk menggali nilai-nilai wisata yang unik dan menarik dari sebuah destinasi wisata budaya. Travel Storytelling bisa menjadi alat untuk mempromosikan nilai-nilai budaya dalam sebuah objek wisata.

Penulis travel, Astrid Savitri, menuturkan ada banyak hal yang dapat diceritakan mengenai Sawahlunto. Menurut Astrid, penyajian nilai-nilai sejarah dan budaya lewat Travel Storytelling akan jauh lebih menarik bagi wisatawan dibanding penyampaian fakta-fakta sejarah saja.

Baca Juga

“Dengan travel storytelling, kita bisa mengajak audiens untuk merasakan nuansa petualangan dari objek wisata tersebut melalui cerita. Dalam cerita itu, kita gabungkan kekuatan data, visualisasi, dan narasi, lalu tambahkan sentuhan empati dan emosi,” tutur Astrid, Jumat (17/7).

Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, bisa menjadi salah satu destinasi yang dibahas dalam sebuah Travel Storytelling. Saat ini, Sawahlunto telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada 6 Juli 2019.

“Karena sudah ditetapkan menjadi warisan budaya dunia, seharusnya Sawahlunto punya nilai jual yang jauh lebih baik dibanding warisan budaya yang lain,” kata Direktur Wisata Alam, Budaya, dan Buatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Alexander Reyaan, di Jakarta, Jumat (17/7).

Alex mengungkapkan pihaknya telah berkomitmen untuk terus mempromosikan destinasi wisata Sawahlunto. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan menjadikan Sawahlunto sebagai sebuah destinasi yang difavoritkan wisatawan dan akan diprioritaskan untuk dikembangkan ke depan khususnya dengan menggali potensi budayanya.

Kepala Bidang Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Dinas Kebudayaan, Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Kota Sawahlunto, Rahmat Gino Sea Games, memaparkan, dalam sejarahnya nama Sawahlunto berasal dari dua kata, yaitu Sawah dan Lunto. Dalam perkembangannya, lanjut Rahmat, Sawahlunto memang dikenal sebagai kota pertambangan di masa penjajahan Hindia-Belanda. Sawahlunto memang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil batu bara.

“Jadi sawah ini dilintasi Sungai Lunto atau Batang Lunto, sehingga kota ini dinamai Sawahlunto,” ujar Rahmat.

“Karena dikenal sebagai kota tambang, orang-orang yang tinggal di kota ini pun beraneka ragam latar belakangnya. Ada orang Eropa dan keturunan Indo-Eropa, ada orang Tionghoa, serta orang-orang pribumi seperti orang Minangkabau dan pekerja tambang yang disebut ‘Orang Rantai’,” lanjutnya lagi.

Hal ini tentu saja menjadikan adanya tradisi budaya yang beranekaragam di Sawahlunto. Sehingga, dalam Sidang Komite Warisan Dunia UNESCO ke-43 pada 6 Juli 2019 di Baku, Azerbaijan, Sawahlunto ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia, yaitu “Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto”.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement