Kamis 16 Jul 2020 22:38 WIB

Protokol Kesehatan Jadi Kunci Kebangkitan Pariwisata

Kemenparekraf ajak pelaku wisata terapkan protokol kesehatan berbasis CHSE

Petugas hotel mengenakan alat pelindung wajah (Face shield) dan masker menyemprotkan cairan disinfektan saat membersihkan pintu masuk Hotel Oasis, di Banda Aceh, Aceh, Rabu (15/7/2020). Untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang terdampak pandemi COVID-19, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) meminta pengusaha hotel dan restoran menerapkan protokol kesehatan sesuai standar Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE).
Foto: ANTARA/AMPELSA
Petugas hotel mengenakan alat pelindung wajah (Face shield) dan masker menyemprotkan cairan disinfektan saat membersihkan pintu masuk Hotel Oasis, di Banda Aceh, Aceh, Rabu (15/7/2020). Untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang terdampak pandemi COVID-19, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) meminta pengusaha hotel dan restoran menerapkan protokol kesehatan sesuai standar Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menyatakan bahwa disiplin penerapan protokol kesehatan menjadi kunci bagi kebangkitan sektor pariwisata di Indonesia.

Tenaga Ahli Menteri bidang Hubungan Antar Lembaga Kemenparekraf Arief Budiman, Kamis, mengatakan protokol ini perlu diterapkan sebagai upaya perlindungan terhadap wisatawan dan pelaku wisata.

“Nyawa, keselamatan, kesehatan, bagi para pelaku dan konsumen adalah hal yang paling penting,” kata Arief. Selain itu Arief juga menyebut protokol kesehatan ini harus diterapkan dan dipatuhi sebagai upaya mengembalikan kepercayaan publik terhadap sektor pariwisata di Indonesia.

Menurut Arief, peningkatan kepercayaan publik dapat membangkitkan kembali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Tanah Air yang terdampak oleh pandemi COVID-19.

Oleh karena itu ia mengajak dan mendorong para wisatawan dan pelaku wisata untuk mematuhi serta menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability) dalam rangka memasuki era kebiasaan baru.

Sementara anggota Komisi X DPR RI Ferdiansyah mengatakan faktor keamanan dan keselamatan kesehatan kini menjadi salah satu pertimbangan utama bagi wisatawan untuk berkunjung ke daerah destinasi wisata.

“Selain daya tarik wisata, hal yang paling utama yang menjadi pertimbangan bagi wisatawan adalah keamanan dan kesehatan dalam berwisata. Tentunya kebersihan lingkungan dan budaya bersih adalah hal yang utama harus tersedia dalam suatu wilayah pariwisata,” ungkap Ferdiansyah.

Sedangkan Quality Control Medical Manager Alodokter dr. Ayu Munawaroh menuturkan bahwa sektor pariwisata memiliki risiko yang cukup tinggi terhadap penyebaran COVID-19, sehingga para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif serta wisatawan perlu menerapkan dan mematuhi protokol kesehatan yang sudah disusun Pemerintah.

"Untuk industri pariwisata ternyata risikonya medium, karena pasti ada kontak dekat dengan banyak orang dan sulit menerapkan physical distancing. Untuk itu, mari kita patuhi upaya pencegahan penyebaran COVID-19 dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun/hand sanitizer, kenakan masker, terapkan etika batuk, menerapkan physical distancing, jaga kesehatan, dan jangan bekerja saat sakit,” papar Ayu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement