Kamis 16 Jul 2020 22:11 WIB

Wika Ikut Tender Proyek di Taiwan dan Filipina

Ekspansi ini agar bisnis perusahaan tetap berjalan di tengah tantangan yang ada.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Fuji Pratiwi
Pembangunan PT Wika (ilustrasi). Wika tengah mengikuti tender proyek di Taiwan dan Filipina.
Foto: BUMN
Pembangunan PT Wika (ilustrasi). Wika tengah mengikuti tender proyek di Taiwan dan Filipina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau Wika tetap optimistis dalam rencana bisnis perusahaan di tengah kondisi Covid-19. Saat ini, Wika tengah mengikuti tender proyek di Taiwan dan Filipina.

Sekretaris Perusahaan Wika Mahendra Vijaya mengatakan, Wika juga terus gencar melakukan ekspansi ke negara lain. Saat ini, kata Mahendra, Wika masih mengikuti tender proyek bandara di Taiwan dan proyek jalan kereta di Filipina.

Baca Juga

"Saat ini kami masih ikut tender di Taiwan dan Filipina dengan total nilai Rp 3 triliun sampai Rp 4 triliun untuk di 2020 ini," kata Mahendra saat dihubungi Republika di Jakarta, Kamis (16/7).

Perseroan memang melakukan ulasan terhadap target-target yang semula telah dicanangkan pada awal tahun sebagai imbas pandemi Covid-19. "Memang ada penundaan akibat Covid-19 ini seperti (proyek) di Malaysia dan Aljazair," ujar Mahendra.

Mahendra menyebut dua proyek yang harus mengalami penundaan itu meliputi pembangunan jembatan cable stay di Serawak, Malaysia. Juga pembangunan rumah bersubsidi dengan total nilai proyek Rp 1,4 triliun di Aljazair. Kata Mahendra, Wika tengah menjalin komunikasi dengan Malaysia dan Aljazair untuk membahas penundaan hingga pembiayaan akibat dampak Covid-19.

"Kita bicarakan dengan pihak owner akibat dari dampak ini tentunya, terkait waktu dan biayanya," ucap Mahendra.

Mahendra mengatakan beberapa kondisi makro, seperti likuiditas keuangan yang ketat, peninjauan ulang terhadap anggaran pembangunan infrastruktur, dan terbatasnya arus mobilisasi sumber daya adalah sebagian dari beberapa faktor yang berpengaruh para pelaku bisnis di Tanah Air, termasuk Wika.

"Sejalan dengan fase adaptasi kebiasaan baru, perseroan memiliki optimisme baru untuk mengembalikan ritme bisnis di tengah berbagai tantangan yang terjadi. Termasuk adanya penilaian dari sebagian pihak tentang peningkatan risiko terhadap bisnis perseroan," ungkap Mahendra.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement