Kamis 16 Jul 2020 14:21 WIB

Fakta Lapis 7 Langit di Angkasa dan Isyarat Ayat Alquran

Alquran menyebutkan isyarat keberadaan langit tujuh lapis.

Alquran menyebutkan isyarat keberadaan langit tujuh lapis. Alam semesta (ilustrasi)
Foto: msmcgartland.pbworks.com
Alquran menyebutkan isyarat keberadaan langit tujuh lapis. Alam semesta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Tidak dapat dibayangkan jika meteor berukuran raksasa seperti yang pernah terjadi di Siberia Rusia pada 1905, di mana bekas tumbukannya dengan bumi itu sampai mampu membentuk kawah sedalam 50 meter dengan diamater 150 meter dan menyebabkan kebakaran hutan yang hebat.

Meteor yang menghujam Siberia tersebut diperkirakan semula berdiameter 1.000 meter. Seandainya meteor itu sampai menghujam kota yang padat penduduk, berapa ribu korban jiwa akan berjatuhan.

Baca Juga

Bahkan para pakar mengatakan, musnahnya dinosaurus dari bumi sekitar 3 juta tahun lalu juga disebabkan karena tabrakan antara bumi dan meteor raksasa. Tabrakan tersebut kemudian menyebabkan bumi diselimuti kabut debu tebal selama berbulan-bulan sampai sinar matahari tidak kelihatan dan hewan-hewan raksasa seperti dinosaurus menjadi musnah dari muka bumi. 

Sebenarnya meteor yang berupa batu dari ruang angkasa itu merupakan fenomena kecil dari benda-benda ruang angkasa di alam semesta ciptaan Allah SWT ini. Selain meteor, masih terdapat komet, bulan (satelit), planet, bintang (matahari), galaksi (kumpulan bintang), awan nebula, gas, asteroid, black hole, dan lain-lain. 

Semuanya itu, menurut Kitab Suci Alquran terdapat dalam langit pertama atau langit dunia (sama'at-dunya). Padahal ada tujuh langit di alam semesta ini. 

الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ

"Dia yang menjadikan tujuh langit dengan berlapis-lapis." (Surat Al Mulk ayat 3).

Para ulama ahli astronomi mengatakan, batas langit pertama adalah selama masih ditemukannya bintang (matahari) yang jumlahnya miliaran di alam semesta ciptaan Allah SWT ini. Adapun matahari kita yang memiliki sembilan planet termasuk bumi hanyalah salah satu dari bintang tersebut, sedangkan bumi dan planet lain masih memiliki satelit seperti bulan.

Padahal teknologi teleskop ruang angkasa yang paling modern seperti teleskop Hubble atau Mount Polamor di Amerika Serikat (AS), baru mampu mengamati bintang sejauh 14 miliar tahun perjalanan cahaya dari bumi. Itu artinya cahaya bintang tersebut telah mengadakan perjalanan selama 14 miliar tahun ke bumi untuk bisa terlihat. 

Bisa jadi bintang tersebut sekarang sudah meledak atau mati. Sedangkan 1 tahun perjalanan cahaya sama dengan jarak sejauh 10 triliun km, sebab kecepatan cahaya mencapai 300 ribu km per detik. 

Sementara teknologi ruang angkasa pada abad 21 ini baru mampu mencapai planet Saturnus yang berjarak 1 miliar km dari bumi, dan itupun memerlukan waktu perjalanan 7 tahun seperti yang dilakukan pesawat AS, Voyager 2. 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement