Kamis 16 Jul 2020 11:02 WIB

Komunikasi Politik dalam Masyarakat tidak Tulus

Sikap tidak tulus menyebabkan muncul sikap saling menyalahkan.

Rep: wilda Fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nurudin.
Foto: Humas UMM
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nurudin.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nurudin mencoba memberikan kritikannya terhadap kebijakan pemerintah. Hal itu tertuang dalam buku ke-21-nya yang berjudul Komunikasi Politik dalam Masyarakat Tidak Tulus.

Nurudin mengaku kritikannya terhadap kebijakan pemerintah bukan pertama kali dilakukannya. Ia telah memberikan masukannya sejak 1991 di mana dia meyakini setiap pemerintahan pasti memiliki kekurangan. "Ini bukan soal kubu-kubuan, tidak ada hubungannya. Boleh dilihat tulisan-tulisan saya dahulu, sebab di manapun dan kapan pun pemerintah membutuhkan kritik,” jelas Nurudin.

Di buku terbarunya Komunikasi Politik dalam Masyarakat Tidak Tulus, Nurudin mengaku, mempunyai latar belakang tersendiri. Tulisan-tulisannya itu hasil pengamatan Nurudin atas fenomena komunikasi politik yang selama ini terjadi. Saat ini seperti ada ketidaktulusan dalam berkomunikasi, baik masyarakat maupun pemerintah.

Nurudin mencontohkan bentuk komunikasi tidak tulus di masyarakat. Beberapa di antaranya seperti saling mencaci, saling membuat kubu dan saling merasa paling benar. Hal ini pada akhirnya akan menimbulkan sikap saling menyalahkan.

Selain itu, ada pula bentuk komunikasi tidak tulus di pemerintah seperti kebijakan yang kurang tegas. Hal ini terlihat pada kasus Covid-19 yang jumlahnya terus melaju sementara negara lain menurun. Menurut Nurudin, situasi itu akibat ketidaksinkronan komunikasi antarlembaga pemerintahan.

Sebagai dosen yang produktif menulis, bukan berarti ia tak menemukan kebosanan dalam membuat karya. Ia tak memungkiri menulis itu melelahkan, membutuhkan konsentrasi tinggi dan monoton. 

Nurudin mencoba membagi tips bagaimana melawan kebosanan dalam menulis. Salah satunya, menulis dengan cara mencicil sehingga tak perlu melakukannya sekaligus. Saat sibuk, ia biasanya berusaha menulis satu halaman di ponsel.

Menulis itu hal penting yang harus dilakukan Nurudin. Sebab, ia meyakini setiap tulisan mempunyi pasar pembaca sendiri. Menulis menjadi cara menebar kemanfaatan, termasuk mempromosikan kampus ke khalayak luas.

“Seperti yang saya sampaikan tadi, bahwa dengan menulis saya bisa membantu mengenalkan tak hanya keilmuan komunikasi," ucapnya dalam pesan resmi yang diterima //Republika//.

Tak hanya menghasilkan buku, ia juga kerap mendorong mahasiswanya untuk semangat menuliskan karyanya. Hasilnya, dia akan meluncurkan 10 buku karya mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UMM dalam waktu dekat.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement