REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa saat setelah Pengadilan Turki menyatakan konversi Hagia Sophia menjadi masjid, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersumpah untuk membebaskan Masjid Al-Aqsa. “Kebangkitan Hagia Sophia menandai pembebasan Masjid Al-Aqsa.” Ini sebagaimana dikutip dari situs web Kepresidenan Turki.
"Kebangkitan Hagia Sophia adalah batu loncatan umat Islam di seluruh dunia yang akan datang...kebangkitan Hagia Sophia adalah kebangkitan api harapan umat Islam dan semua yang tertindas, terzalimi, teraniaya dan dieksploitasi." Benarkah Erdogan mempunyai kekuatan sedemikan besar untuk menekan dan melawan Israel?
Sebagian kalangan meragukan hal itu, di tengah kemesraan hubungan Turki dan Israel yang begitu mesra, meski tak banyak diketahui publik. Ashif al-Khalidi dalam artikelnya berjudul “Turkiya wa Israel ‘Alaqat Iqtishadiyyah Tuksyif Awham al-‘Ada” yang diterbitkan hafriyat.com, menjelaskan hubungan ekonomi yang kuat antara kedua negara. Ini dimulai sejak Israel masih berumur belia 1949. Hubungan itu semakin meningkat sejak Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang didirikan Erdogan, memegang tampuk kepemimpinan Turki pada 2002 lalu.

Miliaran dolar Amerika Serikat digelontorkan Turki di sektor perdagangan dengan Israel. Angka tersebut menempatkan Turki berada dalam jajaran negara kongsi dagang Israel dengan angka yang cukup fantastis di antaranya Amerika Serikat, China, dan Jerman.