Rabu 15 Jul 2020 23:45 WIB

Jokowi Peringatkan Jangan Lepas Kendali Covid-19

Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia disebut Jokowi terkendali

Red: Nur Aini
Presiden Joko Widodo berfoto bersama penerima bantuan modal kerja di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/7/2020). Presiden kembali menyerahkan bantuan kepada para pedagang kaki lima, keliling, rumahan hingga pedagang asongan masing-masing sebesar Rp2,4 juta sebagai tambahan modal kerja di tengah kondisi pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/POOL/foc.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Presiden Joko Widodo berfoto bersama penerima bantuan modal kerja di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/7/2020). Presiden kembali menyerahkan bantuan kepada para pedagang kaki lima, keliling, rumahan hingga pedagang asongan masing-masing sebesar Rp2,4 juta sebagai tambahan modal kerja di tengah kondisi pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/POOL/foc.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Presiden Joko Widodo mengatakan jumlah kasus positif Covid-19 di Tanah Air hingga saat ini masih dalam jumlah yang terkendali jika dibandingkan negara-negara lain.

Meskipun demikian, Presiden dalam arahannya kepada Para Gubernur mengenai Percepatan Penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2020, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu, meminta seluruh pihak untuk tidak lepas kendali.

Baca Juga

"Kita berada pada posisi yang masih bisa kita kendalikan. Oleh sebab itu, jangan sampai kita lepas kendali. Manajemen krisis harus betul-betul kita lakukan," kata Presiden di Bogor.

Presiden mengaku mendapatkan laporan setiap saat dari Kementerian Luar Negeri yang mengabarkan kondisi-kondisi Covid-19 di dunia.

Indonesia sebagai negara 5 besar penduduk terbanyak, tidak masuk dalam 10 negara dengan kasus Covid-19 tertinggi. Presiden menyampaikan Amerika Serikat sebanyak 3,4 juta kasus positif Covid-19, Brasil 1,8 juta, India 906 ribu, Rusia 739 ribu, Peru 326 ribu.

Sedangkan Indonesia per Rabu, berada pada angka 78 ribu kasus positif. Presiden mengingatkan jajarannya agar tidak lepas kendali. Dia meminta jajarannya terus mengajak aparatur di bawah untuk bekerja extraordinary.

"Enggak bisa kita dalam situasi seperti ini kita kerja normal-normal, dalam situasi seperti ini kita kerja biasa-biasa, enggak bisa. Percaya saya, enggak bisa," kata Presiden.

"Semuanya harus ganti channel semuanya, enggak bisa kita normal-normal, channel-nya harus ganti semuanya. Dari channel ordinary pindah channel ke extraordinary. Dari channel yang cara kerja bertele-tele, rumit ke cara-cara kerja yang cepat dan sederhana. Semuanya harus diubah seperti itu," ujarnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement