Rabu 15 Jul 2020 19:09 WIB

Partikel Mikroplastik Bisa Tersebar ke Laut Lewat Udara

Mikroplastik yang tersebar sampai ke Kutub Utara bisa berkontribusi pada pencairan es

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengereman dan ban mobil menciptakan sampah mikroplastik
Foto: sciencenews.org/shutterstock
Pengereman dan ban mobil menciptakan sampah mikroplastik

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Setiap hari kita menumpahkan miliaran partikel mikroplastik dalam jumlah besar ke laut. Mikroplastik sampai ke laut melalui polusi cucian dari sungai yang mengalir dalam jumlah besar ke laut.

Sekarang, peneliti juga telah menemukan bahwa mikroplastik dapat menuju ke laut melalui angin. Jumlah mikroplastik yang diendapkan dari udara ke lautan di dunia kemungkinan sebanding dengan apa yang mengalir dari sungai, menurut sebuah studi baru.

Baca Juga

Laporan ini memberikan wawasan baru tentang jalur utama yang menyebarkan polusi ini di seluruh dunia, dilansir di CNN, Rabu (15/7). Dibawa oleh angin, sejumlah besar partikel udara ini bahkan mencapai Kutub Utara. Mikroplastik  berkontribusi pada pencairan es, menurut studi yang diterbitkan pada Selasa (14/7) di jurnal Nature Communications.

Meskipun studi awal belum menemukan bahwa mikroplastik menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia, para peneliti mengingatkan bahwa dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk memahami cakupan penuh masalah dan dampaknya terhadap ekosistem.

"Ada beberapa yang terkenal, seperti jumlah (mikroplastik) yang hilang dari pakaian di mesin cuci," kata Andreas Stohl, profesor meteorologi umum di University of Vienna dan salah satu penulis penelitian ini.

"Tetapi rentang ketidakpastian kami benar-benar besar dan jauh, jauh lebih banyak pekerjaan diperlukan untuk membandingkan sumber yang berbeda satu sama lain." tambahnya.

Jalan raya adalah sumber utama mikroplastik. Untuk memodelkan bagaimana plastik mikro bergerak di udara, tim peneliti memusatkan perhatian mereka pada sumber yang relatif terkenal yaitu jalan raya kita.

Keausan ban dan bantalan rem meninggalkan sejumlah besar plastik kecil ini. Studi sebelumnya telah menemukan bahwa abrasi ban adalah salah satu sumber mikroplastik yang paling signifikan secara global dalam ekosistem perairan. Ini bertanggung jawab atas sekitar 30 persen dari semua partikel mikroplastik di lautan kita. Ini juga salah satu dari sedikit sumber mikroplastik yang dapat diperkirakan oleh para peneliti untuk emisi global.

"Kami tahu secara relatif akurat berapa banyak plastik yang digunakan dalam ban dan kami tahu dengan relatif baik berapa banyak ban yang rusak selama masa pakainya," kata Stohl.

Para peneliti menggunakan dua model berbeda untuk menghitung berapa banyak yang mereka hasilkan di berbagai wilayah di dunia. Mereka menemukan partikel yang paling banyak dipancarkan di Amerika Serikat bagian timur, Eropa utara, kota-kota besar China dan bagian padat dari Timur Tengah dan Amerika Latin. Secara global, para peneliti memperkirakan bahwa lebih dari 3 juta ton mikroplastik dihasilkan dari keausan ban dan rem.

Setelah memperkirakan berapa banyak plastik ini dihasilkan di seluruh dunia, para peneliti selanjutnya menggunakan model dispersi untuk menentukan ke mana partikel selanjutnya.

Mereka menemukan bahwa partikel yang lebih besar (sekitar seperlima diameter rambut manusia), dapat melayang di udara selama antara lima dan 11 hari, tetapi biasanya tersimpan di dekat tempat mereka diproduksi.

Namun, partikel yang lebih kecil dapat melayang di atas angin lebih lama dan sering melakukan perjalanan jauh. Hal ini menurut Nikolaos Evangeliou, peneliti senior di Institut Penelitian Udara Norwegia dan penulis pendamping lain dari penelitian ini.

Dari plastik ban yang lebih kecil ini, kira-kira 57 persen mendarat di lautan, menjadikannya penyumbang utama mikroplastik laut.

Mikroplastik juga dapat dihubungkan dengan lelehan es Kutub Utara. Tapi tidak semua mikroplastik di udara berhasil sampai ke laut. Sejumlah besar partikel kecil ini, menurut penelitian, juga mendarat di permukaan salju dan es, termasuk di Kutub Utara.

Sejak pertengahan 1990-an, Kutub Utara telah menghangat lebih dari dua kali rata-rata global. Tutupan es laut di kawasan ini juga menyusut, dan lapisan es Greenland yang besar mengalami pencairan nyaris rekor pada tahun 2019.

Studi sebelumnya telah menemukan bahwa partikel jelaga hitam yang mendarat di salju dan es dapat menggelapkan permukaan. Ini meningkatkan jumlah energi panas yang diserap oleh es dan pada gilirannya, mempercepat pencairan.

Ketika partikel mikroplastik gelap mendarat di Kutub Utara, mereka juga dapat berkontribusi terhadap pencairan.

Namun para ilmuwan memperingatkan bahwa efek dari endapan ini pada es perlu dipelajari lebih lanjut. Menurut Stohl, mengingat ketidakpastian besar dan bahwa kita hanya mempertimbangkan satu jenis mikroplastik, mungkin ada lebih banyak plastik di Kutub Utara daripada yang kita ketahui sekarang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement