Rabu 15 Jul 2020 13:20 WIB

Sandiaga: Ancaman Resesi Akibat Pandemi Semakin Nyata

67 persen masyarakat merasa perekonomian dalam keluarga semakin hari semakin memburuk

Kamrussamad, anggota DPR Komisi XI (berdiri) dan Sandiaga Uno (duduk).
Foto: Istimewa
Kamrussamad, anggota DPR Komisi XI (berdiri) dan Sandiaga Uno (duduk).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sandiaga Uno mengatakan, kondisi ekonomi masyarakat Indonesia di tengah pandemi Covid-19 saat ini, terus menurun. Kondisi ini, menurutnya, dapat saja terjadi dalam waktu yang panjang.

Dari data survei yang dimilikinya menunjukkan, bahwa 67 persen masyarakat merasa perekonomian dalam keluarga semakin hari semakin memburuk. Dia menjelaskan, pandemi telah mengakibatkan setidaknya sudah ada 1,2 juta pekerja di Indonesia yang dirumahkan dan terancam Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 

"Data hasil survei ada sebanyak 25 persen dari masyarakat Indonesia menyatakan sudah tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhan pokok tanpa pinjaman," ujar Sandi pada sesi seminar daring di acara seminar Online dengan tema ‘Membangkitkan Ekonomi Umat di tengah Pandemi’ yang diselenggarakan oleh Dewan Mahasiswa Faskultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Palangkaraya dan KAHMIPreneur dalam program YES Goes to Campus, Rabu (15/7).

Tidak hanya itu, survei yang dilakukan oleh timnya tersebut mengungkapkan, masyarakat yang hanya cukup memenuhi kebutuhan pokoknya selama sepekan hanya berjumlah 20 persen. Sedangkan, yang sanggup memenuhi kebutuhan pokok tanpa meminjam hanya sebesar 33 persen. Selebihnya, masyarakat yang masih memiliki tabungan hanya berjumlah 20 persen. “Berarti ekonomi keuangan mikro butuh satu suntikan bagaimana paket-paket yang diluncurkan pemerintah dan juga kerja sama dengan dunia usaha bisa menolong masyarakat yang tadinya masuk kelas menengah, kini masuk ke klasifikasi masyarakat rentan miskin,” ujarnya dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id.

 

Menurut Sandi, pandemi Covid-19 ini membuktikan bahwa prinsip ekonomi yang baik adalah ekonomi yang memberikan keleluasaan atau kelonggaran kepada para usahawan yang sedang membutuhkan. “Yang punya kelebihan membantu yang kekurangan, yang berkecukupan membantu yang perlu bantuan. Lembaga Keuangan Mikro Syariah ini jadi fasilitatornya. Pada masa pandemi Covid-19 jadikan Lembaga Keuangan Mikro Syariah punya tempat,” katanya.

Sandi menilai, Lembaga Keuangan Mikro Syariah harus benar-benar menjalankan prinsip kesyariahannya. Kata dia, harus dapat diimplementasikan mengingat saat ini ekonomi di Indonesia penuh dengan ketidakpastian akibat dari wabah corona.

Sandi menambahkan, di tengah pandemi ini, ekonomi yang terbaik adalah ekonomi yang berkeadilan, ekonomi yang mampu memberikan keleluasaan serta kelonggaran kepada para usahawannya atau masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

Selain itu, tegas dia, sosial investor harus dilibatkan. Di mana yang memiliki kelebihan harus mampu menolong yang berkekurangan, yang berkecukupan juga harus mampu membantu yang berkekurangan.

Sandiaga juga mengatakan bahwa banyak lembaga keuangan yang saat ini berubah menjadi lembaga sosial. Hal itu karena lembaga tersebut memiliki banyak orang yang memiliki banyak dana sehingga dapat mengajak masyarakat yang mempunyai dana untuk membantu sektor lain, seperti mengadakan berbagai macam donasi dan investasi. 

Sandi berharap, pandemi ini dapat mengubah portfolio serta prinsip ekonomi yang saat ini lebih cenderung ke arah ekonomi berbasis kapitalis. "Melalui pandemi ini, bisa jadi pengingat kita, mungkin ekonomi kita yang saat ini terlalu kapitalis yang pertumbuhannya dari dulu terus naik dan naik namun diakibatkan pandemi, pertumbuhannya malah tidak berkelanjutan,” tukasnya.

Di tempat yang sama Founder KAHMIPreneur yang memprakarsai program YES Goes to Campus dengan menggandeng kampus-kampus di beberapa kota di Indonesia yang juga anggota Komisi XI DPR RI, Kamrussamad menegaskan, bahwa sejauh ini memang fokus untuk meningkatkan ekonomi terutama untuk UMKM. Kata dia, semuanya terdampak bahkan pertumbuhan kita akan terkena 0.4 persen hingga 1 persen. Dan yang lebih terdampak akan ada penambahan pengangguran hingga 5-6 juta orang. “Kita juga harusnya bisa mencontoh negara lain yang berhasil mengatasi pandemi ini,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement