Rabu 15 Jul 2020 04:15 WIB

LGBT Makin Bergaya, Generasi di Ambang Bahaya

Korban kekerasan seksual LGBT tak sedikit yang mengalami down mental

Rep: Retizen/ Red: Elba Damhuri
Ratusan massa pemuda dan mahasiswa menggelar aksi tolak LGBT di depan Kantor Wali Kota Depok, Jumat (31/1). Aksi ini juga mengecam Komnas HAM yang mendukung LGBT dan mendukung Wali Kota Depok untuk melarang aktivutas seks bebas dan LGBT di Depok.
Foto: Republika/Rusdy Nurdiansyah
Ratusan massa pemuda dan mahasiswa menggelar aksi tolak LGBT di depan Kantor Wali Kota Depok, Jumat (31/1). Aksi ini juga mengecam Komnas HAM yang mendukung LGBT dan mendukung Wali Kota Depok untuk melarang aktivutas seks bebas dan LGBT di Depok.

RETIZEN -- Penulis: Yuli Saputri*

Generasi muda kini tak hanya terancam oleh pergaulan bebas akan tetapi juga pergaulan menyimpang. LGBT makin ke sini makin tunjuk gigi, apalagi akhir-akhir ini kontroversi mengenai perusaahan Unilever yang mendukung LGBT secara terang-terangan kian mencuat. 

Seolah LGBT diberi ruang makin lebar. Bukankah ini membahayakan bagi generasi muda kita?

Tak bisa dielak lagi, bahkan para korban kekerasan seksual kaum LGBT ini tak sedikit yang mengalami "down mental". Tak hanya berbahaya bagi pelaku seks menyimpang tapi juga bagi para korban.

Istilah LGBT sendiri adalah sebuah singkatan yang memiliki arti Lesbian, Gay, Bisexual dan juga Transgender. Sebelumnya WHO menetapkan LGBT sebagai penyakit mental akan tetapi saat ini WHO menghapusnya dari daftar penyakit mental. 

Aneh memang, padahal LGBT jelas-jelas menyimpang dari fitrahnya manusia. Yang mana mereka secara fitrah tertarik pada lawan jenis bukan sesama jenis. Apalagi dari sisi kesehatan, meningkatnya penyakit HIV/AIDS sejalan dengan makin eksisnya kaum pelangi saat ini.

Apalagi peran media sosial dalam mempengaruhi generasi muda tak diragukan lagi. Banyak konten-konten yang mengarah pada ajakan seks bebas dan menyimpang. 

Para generasi muda yang tengah mencari jati dirinya akan rentan terpengaruh. Dan itu terbukti makin kesini kelompok LGBT memang makin eksis, dan generasi muda ikut hanyut didalamnya.

Budaya liberalisme adalah awal mula munculnya berbagai bentuk penyimpangan-penyimpangan seksual saat ini. Dengan mengatasnamakan kebebasan lantas LGBT makin dibiarkan.

Tentunya ini menjadi PR semua pihak untuk segera menyelesaikan persoalan ini.

Menjadi tugas setiap keluarga khususnya orangtua untuk membentuk karakter anak sebaik mungkin dengan penanaman nilai-nilai Islam. Sekarang ini, banyak dari orangtua yang disibukkan dengan pekerjaan hingga ia tak tahu tumbuh kembang anak-anaknya, padahal curahan perhatian dan fokus pada anak adalah peran utama orangtua.

Lembaga pendidikan juga harus mampu mencetak anak didik atau generasi yang tak hanya pandai dan ahli saja tetapi juga anak didik yang berkarakter dan bermoral sesuai nilai-nilai agama.

Negara pun harus ikut berperan bahkan peran negara adalah yang utama. Negara  harus memutus mata rantai Iklan, video, film yang berbau tindakan asusila seharusnya mampu diatasi, sebagian konten media tersebut bahkan menjadi ladang bisnis bagi para kapitalis.

Jangan biarkan LGBT memangsa generasi kita. Generasi kita adalah harapan kemajuan negeri di masa yang akan datang.

*Yuli Saputri, Muslimah Peduli Generasi

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement