Selasa 14 Jul 2020 06:28 WIB

Hagia Sophia dan Pembebasan Masjid Al Aqsa

Erdogan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid.

Rep: Febryan A/ Red: Muhammad Hafil
 Hagia Sophia dan Pembebasan Masjid Al Aqsa. Foto: Hagia Sophia di Istanbul, Turki.
Foto: EPA-EFE / TOLGA BOZOGLU
Hagia Sophia dan Pembebasan Masjid Al Aqsa. Foto: Hagia Sophia di Istanbul, Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah 85 tahun difungsikan sebagai museum, kini bangunan Hagia Sophia di Istanbul, Turki, kembali dijadikan masjid. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut upaya itu sebagai langkah awal untuk membebaskan Masjid al-Aqsa di Yerusalem.

Sejauh mana rencana pembebasan al-Aqsa dengan cara Erdogan bakal terwujud, semua pihak masih harus menantinya. Namun yang jelas, al-Aqsa yang berada di Yerusalem Timur memang telah diduduki Israel sejak kemenangannya dalam perang enam hari pada 10 Juni 1967.

Baca Juga

Mengacu pada catatan Human Right Watch pada 2017, setelah setengah abad menduduki Tepi Barat (Yerusalem Timur berada di sini) dan Jalur Gaza, Israel telah melakukan berbagai kejahatan. Setidaknya terdapat lima jenis pelanggaran berat yang dilakukan Israel: pembunuhan; pengusiram paksa; penutupan Jalur Gaza dan pembatasan gerak lain tanpa justifikasi yang bisa dibenarkan; pencaplokan lahan untuk pemukiman; dan kebijakan diskriminatif terhadap warga Palestina.

Khusus di Masjid al-Aqsa, berdasarkan catatan Republika sejak pertengahan 2018 saja, setidaknya terdapat sembilan kali serangan ataupun penghambatan yang dilakukan aparat Israel maupun warganya terhadap umat Islam Palestina.

 

Pada 27 Juli 2018, sekitar 60 polisi Israel menyerbu komplek Masjid al-Aqsa. Mereka menembakkan gas air mata serta granat ke jamaah yang hendak melaksanakan shalat Jumat. Akibatnya, 40 warga Palestina luka dan enam orang ditangkap.

18 Februari 2019, polisi Israel memnutup semua gerban menuju Masjid al-Aqsa. Mereka juga menyerang jamaah yang berada di dalam masjid.

Sehari berselang, 19 Februari 2019, polisi kembali menyerang umat Islam yang hendak melaksanakan shalat Isya di Masjid al-Aqsa. Puluhan orang luka-luka. Serangan itu terjadi usai sejumlah jamaah berupaya memindahkan gerbang logam yang menghalangi jalan masuk.

13 Maret 2019, polisi Israel kembali menyerang umat yang sedang beribadah di Masjid al-Aqsa. Dua tokoh Islam di Yerusalem juga tak luput dari pukulan pentungan polisi Israel. Lima warga palestina ditangkap.

12 Mei 2019, bertepatan dengan Ramadhan, pasukan Israel menggeruduk jamaah yang baru selesai menggelar salat tarawih di Masjid al-Aqsa. Mereka mengusir sekitar 50 jamaah yang ada di sana.

11 Agustus 2019, saat umat Islam seluruh dunia merayakan Idul Adha, muslim Palestina yang sedang berada di Masjid al-Aqsa malah mendapat serangan dari polisi Israel. "Kita mesti menjadikan pemerintah Israel bertanggung-jawab karena polisinya menerobos ke dalam halaman Masjid Al-Aqsha dan menyerang jamaah ....," kata Nabil Abu Rudeinah, Juru Bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, ketika itu.

7 Oktober 2019, sekitar 100 pemukim Yahudi menyerbu Masjid al-Aqsa. Direktur Jenderal Urusan Waqaf dan Al-Aqsha, Syekh Azzam al-Khatib mengatakan, penyerangan itu dilakukan dengan dibekingi tentara Israel.

25 Januari 2020, Israel melarang Imam Besar Masjid Al-Aqsa, Syekh Ekrema Sabri, untuk berkhutbah di situs suci umat Islam itu selama empat bulan. Larangan diberikan karena sebelumnya Syekh Sabri tidak menolak patuh larangan Israel agar Syekh Sabri tak beraktivitas di masjid tersebut selama sepekan.

7 Februari 2020, ratusan warga Palestina yang hendak menggelar shalat subuh di Masjid al-Aqsa diusir. Siang harinya, ribuan pasukan Israel dikerahkan untuk menghalangi umat Islam melaksanakan shalat Jumat di sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement