Senin 13 Jul 2020 14:34 WIB

Kasus Virus Corona Muncul di Pangkalan Militer AS di Jepang

Sebanyak 62 orang terinfeksi virus corona di pangkalan militer AS di Okinawa, Jepang

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pangkalan militer AS di Okinawa, Jepang.
Foto: AP
Pangkalan militer AS di Okinawa, Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang dan Amerika Serikat (AS) berbagi informasi mengenai infeksi virus corona di pangkalan militer AS. Pertemuan dilakukan setelah muncul kasus corona di Okinawa.

Pangkalan Udara Korps Marinir Futenma di Okinawa mengkonfirmasi 62 orang terinfeksi virus corona. Sementara, 22 kasus ditemukan di Camp Hansen dan satu kasus di Camp Kinser.

Baca Juga

"Kami akan bekerja sama secara tepat dalam masalah ini. Jepang dan Amerika Serikat berbagi informasi tentang riwayat aktivitas individu militer yang terinfeksi," ujar Kepala Sekretaris Kabinet, Yoshihide Suga.

Okinawa adalah rumah bagi sebagian besar pasukan militer AS di Jepang. Pada akhir pekan lalu, Gubernur Okinawa, Denny Tamaki menyesalkan munculnya kasus baru yang terjadi dalam waktu singkat. Kemunculan kasus baru itu juga membuat warga Okinawa terkejut.

"Saya tidak bisa membantu tetapi memiliki keraguan kuat tentang langkah-langkah militer AS untuk mencegah infeksi," kata Tamaki.

Tamaki mengatakan, dia mendapatkan laporan bahwa personel militer meninggalkan pangkalan untuk berpesta di tepi pantai dan mengunjungi kehidupan malam di distrik sekitar pada 4 Juli, tepatnya ketika Hari Kemerdekaan AS. Di halaman Facebook untuk pangkalan-pangkalan Pasifik, Korps Marinir melarang aktivitas di luar pangkalan untuk semua instalasi di Okinawa, kecuali kebutuhan-kebutuhan penting seperti penunjukan medis yang disetujui oleh seorang komandan.

"Kami berusaha membatasi sebanyak mungkin kontak (dengan penduduk setempat), karena kami berupaya menghubungi pelacakan personel yang terinfeksi," kata juru bicara militer AS.

Secara keseluruhan Okinawa mencatat 148 kasus dengan tujuh kematian. Sementara, secara nasional Jepang mencatat hampir 22.000 kasus dengan 1.000 kematian. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement