Senin 13 Jul 2020 14:28 WIB

Egalitarianisme Islam dan Ketegangan Rasial Antara Muslim AS

Corak Muslim di AS sangat beragam.

Egalitarianisme Islam dan Ketegangan Rasial Antara Muslim AS. Lingkungan di The Cedar-Riverside merupakan rumah bagi sebagian besar populasi Muslim Somalia dan Oromo di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat (AS). Foto diambil pada 19 January 2018.
Foto: Reuters/Craig Lassig
Egalitarianisme Islam dan Ketegangan Rasial Antara Muslim AS. Lingkungan di The Cedar-Riverside merupakan rumah bagi sebagian besar populasi Muslim Somalia dan Oromo di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat (AS). Foto diambil pada 19 January 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Hind Makki terbiasa mengingatkan murid di madrasahnya jika ada yang menggunakan kata “abd” atau “budak/hamba” dalam bahasa Arab untuk memanggil kaum kulit hitam Amerika Serikat.  

“Mungkin 85 persen dari semua jawaban yang saya terima berbunyi ‘oh, kami tidak bermaksud memanggilmu, tetapi orang Amerika’,” kata Makki mengenang pengalaman tak sedap itu dalam sebuah diskusi virtual di tengah gelombang demonstrasi Black Lives Matter di Amerika Serikat. 

Baca Juga

“Fenomena ini adalah bentuk lain sikap anti kulit hitam, terutama terhadap warga Afrika-Amerika,” kata perempuan muslim berkulit hitam tersebut. 

Dalam beberapa pekan terakhir, sebagian warga muslim di AS bergabung ke dalam aksi-aksi demonstrasi antirasisme yang melumpuhkan seluruh negeri. Buntutnya muslim Amerika lintas ras dan etnisitas juga ikut terseret ke dalam arus diskusi tentang identitas, kesetaraan rasial dan fenomena rasisme di kalangan kaum muslim sendiri. 

“Semua orang membahas hal ini, entah itu seorang paman yang sudah hidup di sini sejak awal dekade 1970an, pensiunan doktor atau anggota dewan masjid, bahkan murid sekolah menengah atas di pingir kota,” kata Makki yang bekerja sebagai guru.  

“Masalah ini harus lebih sering dibahas ketimbang kosakata atau istilah rasis yang seharusnya tidak Anda gunakan. Bagaimana kita bisa mencapai kesetaraan ras... di tempat-tempat yang memang bisa kita ubah?” 

 

 

sumber : Deutsche Welle
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement