Senin 13 Jul 2020 07:02 WIB

Erdogan dan Politik di Balik Hagia Sophia Jadi Masjid

Dukungan rakyat Turki turun terhadap Erdogan sehingga isu Hagia Sophia diangkat?

Rep: Retizen/ Red: Elba Damhuri
 Hagia Sophia di Istanbul, Turki.
Foto:

Sejarah kompleks Hagia Sophia dimulai pada tahun 532 ketika kaisar Bizantium Justinianus memerintahan pembangunan gereja besar yang menghadap ke pelabuhan Golden Horn dan diresemikan pada tahun 537. 

Dengan kubahnya yang menjulang lebih dari 160 kaki, bangunan itu diyakini sebagai gereja dan bangunan terbesar di dunia Kristen selama berabad-abad. Hagia Sophia dirancang oleh arsitek Anthemios dan Isidoros yang merupakan arsitek terkenal di zamannya. 

Pembangunan gereja ini menggunakan bahan-bahan siap pakai agar mempercepat prosesnya, jadi Kaisar Justinianus mendatangkan bahan-bahan bangunan ke Konstantinopel dari kuil-kuil, tambang marmer dan batu dari seluruh Anatolia. 

Materi tersebut berasal dari kuil-kuil Efesus di Izmir, dari Aspendos di Antalya dan dari Baalbek di Lebanon (Hurriyet Daily, 2019).

Pada tahun 1453 dalam sebuah serangan telak kepada Dinasti Bizantium, Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel dan mengubah namanya menjadi Istanbul. 

Sang penakluk kemudian melakukan shalat Jumat di dalam Hagia Sophia setelahnya Kekaisaran Ottoman segera mengubah bangunan tersebut menjadi masjid. 

Sultan Mehmed II memberikan penambahan menara kayu di bagian luar, lampu gantung besar di tengah ruangan utama, mihrab untuk imam shalat dan mimbar. 

Dia juga menutupi ikonografi Kristen dan mosaik-mosaik emas dengan tulisan-tulisan kaligrafi Islam berbahasa Arab. 

Sultan Bayezid II kemudian mendirikan menara merah di sisi tenggara bangunan dan menara putih di sisi timur laut menggantikan menara kayu. 

Di masa Sultan Selim II atau Sultan Murad III kemudian dibangun menara identik di sisi barat dan dibangun oleh arsitek terkenal Ottoman yaitu Mimar Sinan pada tahun 1500-an (BBC News, 2020).  

Keputusan Dewan Menteri untuk mengubah status masjid Hagia Sophia menjadi museum dibuat pada tahun 1934 di era Republik sekuler Turki yang didirikan oleh Mustafa Kemal Ataturk. 

Kemudian pada tahun 1985 Hagia Sophia ditetapkan menjadi komponen dari situs Warisan Dunia UNESCO yang disebut dengan Kompleks Bersejarah Istanbul. 

Sebenarnya apa pukulan mendasar bagi kaum Kemalis terkait perubahan status Hagia Sophia kembali menjadi masjid? 

Kaum Kemalis terutama yang diwakili oleh CHP merasakan “tamparan” keras dari Erdogan dalam isu ini karena warisan Ataturk yang berupaya mensekulerkan Turki, juga simbol-simbolnya relijius utamanya seperti Hagia Sophia akhirnya mendapatkan kekalahan telak dimana akhirnya Erdogan berhasil mengembalikan bangunan ini sebagai masjid seperti di zaman Ottoman. 

Bisa dikatakan kelompok Kemalis kali ini gagal mempertahankan kebijakan Ataturk dalam mensekulerkan Hagia Sophia, sebuah turnback politik yang positif bagi AKP yang mengalami kekalahan dalam pemilihan walikota 2019 di Istanbul dan Ankara.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement