Senin 13 Jul 2020 05:33 WIB

Yang Mulia (Gejolak Batin Sang Hakim)

Subakti terpaksa ambil sebagian uang di amplop untuk membayar biaya berobat istrinya.

Yang Mulia (Gejolak Batin Sang Hakim)
Foto:

Hakim Subakti memandangi dengan perasaan bimbang dua kantong keresek hitam itu setelah Paijo meninggalkan kamar kerjanya. Ia berdiri dari tempat duduknya, sambil  menyilangkan kedua tangannya di dada. Ia mulai merasakan gejolak batin.

Sambil merenung, ia masukkan tangan kirinya ke saku celananya dan tangan kanannya meraba kantong plastik hitam itu dan menduga jumlah gepok uang di dalam kantong itu. Dari hasil rabaannya, ia menduga, jika satu map berisi empat gepok, semuanya delapan gepok dalam satu kantong keresek warna hitam itu. Ada dua kantong keresek hitam, berarti ada 16 gepok.

Wah, banyak sekali, ya, pikirnya. Haruskah aku sedekahkan saja uang-uang itu kepada panti asuhan dan pembangunan masjid di kelurahan? Jika aku sedekahkan kepada mereka, apakah mereka akan bertanya dari mana uang itu? Kenapa aku tumben menyumbang begitu banyak? Ah, tak mungkin mereka bertanya seperti itu!

Tadi Paijo katakan, map warna hijau kantong keresek hitam dari Wardi, keluarga korban pembunuhan. Mereka sudah begitu berduka, menderita karena kehilangan saudaranya yang dibunuh oleh residivis itu. Tapi, info yang disampaikan Paijo bahwa korban tidak punya keturunan, dan hanya Wardi yang menjadi ahli warisnya. Berarti secara tidak langsung, Wardi juga ketiban rezeki akibat keluarganya tewas.

Lah, jika map merah, sebaiknya aku sedekahkan sajakah? Untuk apa  Sumantri memberikan uang itu kepada kami? Jangan-jangan pemberian itu atas perintah Herman --jaksa penuntut umum-- dan Paijo kepada Sumantri? Atau tuntutan itu merupakan pesanan Sumantri, pesaing bisnis Sumanto, terdakwa korupsi? Kami sebagai majelis hakim memberikan vonis hukuman penjara selama 20 tahun kepada Sumanto karena Herman menuntut terdakwa dengan tuntutan hukuman seberat itu. Kami, sebagai majelis hakim, hanya menyetujui tuntutan Jaksa Penuntut Umum. Jika Sumanto dipidana berarti Sumantri dan kawan-kawan tidak ada lagi penghalang dalam mengajukan penawaran dalam proyek-proyek pembangunan sekolah dan penyediaan alat-alat kesehatan? Tapi apakah tender, proyek-proyek itu akan menjadi bersih setelah Sumanto dipidana? Ah sudahlah, mengapa tidak aku anggap kantong keresek hitam itu sebagai rezeki dari Tuhan yang datang tiba-tiba?

Tiba-tiba ia terkenang wajah ayahnya yang sudah almarhum. Selama beberapa hari kantong keresek hitam itu tergeletak di atas baki surat masuk. Masih utuh.

Tiba-tiba ia teringat bahwa ia harus membayar biaya berobat istrinya nanti sore. Istrinya tentu akan gembira jika mendengar ia memperoleh rezeki sebanyak itu.

Dengan kegembiraan itu, tentu akan mengurangi rasa sakitnya. Ia akan bisa membeli perhiasan yang diharapkannya. Di sisi lain, ia pernah merasa jengkel terhadap istrinya yang mengeluh kenapa dirinya tidak mampu membeli pakaian mewah atau perhiasan mahal sebagaimana hakim lain kepada istrinya.

Subakti terpaksa ambil sebagian uang yang berada di amplop dalam map hijau untuk membayar biaya berobat istrinya. Ia rapikan lagi kantong keresek hitam itu dan distepler seperti semula. Ia masih sangat bimbang, apakah akan memberitahukan kepada istrinya tentang dua kantong plastik keresek hitam itu. Apakah istrinya akan gembira mendengar hal itu?

Dua hari kemudian, istrinya batal meninggalkan rumah sakit. Dokter menyarankan istrinya tetap dirawat karena istrinya masih merasakan sakit di bagian lambung dan kepala. Subakti menyesal kenapa ia harus membayar biaya berobat dari map hijau itu? Ia mengumpat karena menggunakan uang itu, mengakibatkan istrinya tetap sakit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement