REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Brian Sriprahastuti perubahan perilaku bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Ia menilai, perlu ada revolusi perubahan perilaku di masyarakat agar masyarakat bisa terbiasa dengan kondisi Covid-19 saat ini.
"Kayaknya perlu ada revolusi perubahan perilaku. Saya enggak tahu teorinya seperti apa, ini yang harus kita pikirkan," kata Brian dalam diskusi daring, Sabtu (11/7)
Dirinya mengaku sempat memiliki proyek selama lima tahun untuk membicarakan pembiasaan cuci tangan pakai sabun. Namun, sampai sekarang belom 100 persen berhasil.
"Prosesnya panjang," ujarnya.
Ia mengatakan, semua pihak termasuk pemerintah diharapkan ikut memikirkan terkait bagaimana membuat perubahan perilaku yang cepat. Sebab, selama ini proses perubahan perilaku terjadi karena adanya hukum yang memaksa masyarakat untuk berubah.
"Tapi kan bukan itu juga yang kita utamakan. Sekarang kita lebih supaya tadi sustain perubahan perilakunya gimana orang perilaku orang berubah karena dia paham, begitu juga pejabat yang ada unsur role model-nya," tuturnya.
Jumlah kasus positif Covid-19 terus mengalami peningkatan. Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Rizky Ika Syafitri membenarkan bahwa ada banyak faktor yang membuat penambahan kasus penularan Covid terus terjadi.
"Adaptasi kebiasaan baru ya ini ternyata bukan perilaku kitanya saja yang harus diubah tetapi environment juga harus diperbaiki," ujarnya.
Tidak hanya di kehidupan sosial, tetapi juga sirkulasi udara dalam suatu ruangan menurutnya juga perlu diperbaiki. Kemudian penggunaan masker yang konsisten juga perlu dilakukan.
"Apalagi konsistensi penggunaan maskernya tidak 100 persen gitu ya misalnya kalau orang melakukan aktifitas tertentu kadang cukup sulit juga bernafas kalau pakai masker, jadi itu yg harus diperbaiki," ungkapnya.