Ahad 12 Jul 2020 04:31 WIB

Ini Hasil Kajian terhadap Minyak Astiri untuk Covid-19

Status riset bahwa minyak atsiri bisa menyebuhkan Covid-19 itu tidak ada

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Esthi Maharani
Daun eucalyptus. eucalyptus belum bisa dianggap sebagai obat untuk anti virus corona penyebab Covid-19. Sebab, masih perlu pembuktian dengan proses panjang hingga pengujian klinis atau pada manusia.
Foto: Wikipedia
Daun eucalyptus. eucalyptus belum bisa dianggap sebagai obat untuk anti virus corona penyebab Covid-19. Sebab, masih perlu pembuktian dengan proses panjang hingga pengujian klinis atau pada manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Banyak informasi beredar ihwal apakah minyak atsiri (essential oil) bisa menyembuhkan Covid-19 yang disebabkan virus Covid-19 atau SARS-CoV-2? Banyak yang menyebut klaim bukti soal penyembuhannya itu.

Banyaknya simpang siur informasi, Indonesia Aromatherapy Association (IAA) melakukan riset dan memaparkan hasil tentang fungsi minyak atsiri eucalyptus dan kayu putih terkait Covid-19. Tim riset terdiri dari dosen Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Hadi Kuncoro selaku ketua; dan anggota Sarifah Nurjanah dari Universitas Padjajaran, Dokter Nova Primadina, dan aromaterapis Arlin Chondro.

“Status riset bahwa minyak atsiri bisa menyebuhkan Covid-19 itu tidak ada, yang ada pendekatan ke virus corona jenis lain,” kata Hadi dalam paparannya, beberapa waktu lalu.

IAA mencatat sejumlah poin tentang riset, sekaligus meluruskan informasi terkait minyak atsiri. Pertama, eucalyptol atau 1,8-cineole adalah senyawa kimia yang terkandung pada minyak kayu putih (melaleuca cajuputi) dan minyak eucalyptus. Senyawa itu merupakan agen penekan batuk dengan bekerja sentral pada pusat batuk meduler dan memiliki fungsi ekspektoran (mengeluarkan dahak).

 

Kedua, sampai saat ini belum ada riset final yang membuktikan minyak kayu putih atau minyak atsiri lain bisa menyembuhan penyakit Covid-19. IAA mengingatkan bahwa untuk mencapai tahap final, riset medis harus melalui tahap-tahap seperti, uji in silico, uji in vitro, uji in vivo, dan terakhir tahap uji klinis.

Ketiga, minyak kayu putih sebagai satu kesatuan bisa membantu mencairkan dahak. Keempat, sejauh ini penggunaan minyak atsiri dalam kaitannya dengan Covid-19 lebih kepada fungsi peningkatan sistem kekebalan tubuh, dan fungsi psikis atau emosional yang meredakan kecemasan, serta membantu tidur.

Kelima, cara kerja senyawa 1,8-cineole dengan tujuan meningkatkan sistem kekebalan tubuh adalah sebagai regulator proses inflamasi yang terjadi pada semua penyakit infeksius. Lebih tepatnya dengan mengontrol reaksi inflamasi, sehingga tidak terjadi secara berlebihan.

Keenam, cara kerja senyawa itu untuk tujuan melegakan pernafasan adalah selain sebagai mucolytic agent, juga sebagai bronchodilator yang dapat meningkatkan penyerapan oksigen. Dengan begitu dapat melegakan pernafasan.

Ketujuh, fungsi yang tertera pada poin lima dan enam, senyawa bekerja paling efektif melalui metode inhalasi (dihirup) dengan aktif. Alasannya, cara itu membuat seluruh senyawa aktif dari minyak atsiri akan mencapai paru-paru untuk bekerja lokal, tanpa melalui proses metabolisme di liver terlebih dahulu. Metode inhalasi aktif dengan uap, nebulizer, atau personal inhaler lebih disarankan, daripada inhalasi pasif dengan diffuser, aroma lampu. Dengan itu konsentrasi senyawa yang diserap tubuh lebih banyak.

Kedelapan, minyak atsiri jenis lain di luar minyak kayu putih dan eucalyptus dapat membantu gejala ringan, serta menurunkan kecemasan dan kondisi mental yang diakibatkan situasi pandemi. Pada gejala lebih parah seperti sesak nafas, penderita harus segera mencari bantuan medis. IAA menekankan saat ini belum ada protokol pencegahan, apalagi penyembuhan Covid-19 dengan menggunakan aromaterapi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement