Sabtu 11 Jul 2020 14:19 WIB

Operasional Semua PLTD akan Disetop

Penyetopan dilakukan bertahap selama 3 tahun.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
  Beberapa petugas PLN menyiapkan trafo di PLTD Natuna.
Foto: Republika/Rakhmat Hadi Sucipto
Beberapa petugas PLN menyiapkan trafo di PLTD Natuna.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian ESDM akan menyetop semua penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) secara bertahap. Penyetopan dilakukan sampai tiga tahun mendatang.

Menteri ESDM, Arifin Tasrif menjelaskan langkah ini dilakukan untuk membebaskan dari ketergantungan bahan bakar fosil di sektor pembangkit. Apalagi, kedepan Indonesai akan bergerak ke energi terbarukan.

Baca Juga

“Kami menargetkan mengganti semua pembangkit listrik tenaga diesel dalam waktu tiga tahun ke depan,” kata Arifin, Jumat (10/7).

Menurut Arifin, penghapusan PLTD adalah bagian dari transisi energi yang kini sedang didorong pemerintah untuk mengurangi ketergantungan penggunaan energi fosil. Jumlah PLTD tersebut masih cukup banyak dan tersebar di berbagai wilayah termasuk wilayah pelosok tanah air. PLN mengklaim penggunaan BBM lebih efisien di daerah pelosok yang belum memiliki sumber energi alternatif

Salah satu upaya untuk memangkas penggunaan BBM pembangkit ini bisa dilihat dari Keputusan Menteri ESDM No.13/2020 tentang Penugasan Pelaksanaan Penyediaan Pasokan dan Pembangunan Infrastruktur LNG, Serta Konversi Penggunaan BBM dengan LNG Dalam Penyediaan Tenaga Listrik. Dalam aturan itu PLN mendapatkan kepastian pasokan LNG sebesar 166,98 BBTud untuk mengoperasikan 1.697 megawatt (MW) pembangkit listrik. Dalam aturan itu disebutkan ada 52 pembangkit listrik yang tidak akan lagi gunakan BBM dan akan menggunakan gas.

Selain mengurangi penggunaan BBM, pemerintah juga mendorong penyediaan pasokan energi bagi masyarakat di daerah terpencil dan terluar dengan memanfaatkan energi terbarukan.

“Kami sedang mencari terobosan untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Salah satunya dengan mekanisme co-firing biomassa pada pembangkit listrik batu bara untuk mengurangi emisi dan meningkatkan peran energi terbarukan. Kami juga berencana untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batubara tua dan menerapkan teknologi energi batu bara ramah lingkungan,” ungkap Arifin.

Biomassa dapat diolah dalam bentuk limbah dan sekaligus mengurangi emisi. Saat ini, Indonesia sedang mempersiapkan fasilitas pemanfaatan limbah ke energi di 14 kota, mengintegrasikan pengelolaan limbah dan pembangkit.

Kemudian, penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN) berupa biofuel yang berbahan dasar minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO). “Saat ini sedang mengembangkan biofuel untuk secara bertahap mengurangi konsumsi bahan bakar fosil dengan memperkenalkan biodiesel dan membangun kilang hijau (green refinery) untuk memaksimalkan potensi minyak sawit,” kata Arifin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement