Sabtu 11 Jul 2020 06:49 WIB

Ketua Perawat Jatim Ultimatum Pemerintah Cairkan Insentif

Dari 12 perawat meninggal karena terpapar Covid-19, baru tiga yang menerima santunan.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Perawat mengenakan alat pelindung diri (APD) menangani pasien Covid-19 (ilustrasi).
Foto: ANTARA/FB Anggoro
Perawat mengenakan alat pelindung diri (APD) menangani pasien Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Timur (PPNI Jatim), Prof Nursalam, mendesak pemerintah segera mencairkan insentif bagi perawat yang menangani Covid-19. "Belum. Sampai sekarang perawat di Jatim belum menerima insentif itu. Tidak tahu kenapa?" kata Nursalam dikonfirmasi di Kota Surabaya, Jumat (11/7).

Dia mengungkapkan, ada sebanyak 12 perawat di Jatim yang meninggal karena terpapar Covid-19, dan dari jumlah itu, baru tiga perawat yang menerima santunan dari pemerintah. "Yang lainnya belum. Perawat yang meninggal mendapatkan santunan sebesar Rp 300 juta," tutun Nursalam.

Sementara untuk insentif, sesuai dengan SK Menteri Kesehatan pemerintah menjanjikan perawat yang menangani Covid-19 secara langsung mendapatkan maksimal Rp 7,5 juta, sedangkan untuk dokter maksimal mendapatkan insentif Rp 10 juta. "Tapi perawat-perawat yang menangani Covid-19 baik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo atau RS Haji belum menerima insentif tersebut," ucap Nursalam.

Nursalam mengaku, kebingungan mengapa sampai sekarang insentif bagi perawat belum juga cair. "Tadi katanya dari provinsi sudah dikirim ke Jakarta, tapi masih verifikasi. Saya mendengar ada program baru dari provinsi kalau dinas sudah langsung dieksekusi. Tapi sampai sekarang teman-teman belum terima. Saya akan tanya ke teman di DPR Komisi XI," katanya.

Nursalam kembali mendesak pemerintah untuk lebih serius memperhatikan nasib tenaga medis yang menangani Covid-19. Sebab, kata dia, di Jatim sudah ada sebanyak 259 perawat yang terpapar Covid-19, dan 12 di antaranya meninggal dunia.

"Surabaya paling banyak yang meninggal dengan tujuh perawat. Sementara daerah lain seperti Tuban, Sidoarjo, Malang, Sampang dan Bojonegoro ada satu perawat yang meninggal dunia," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement