Kamis 09 Jul 2020 19:25 WIB

Guru Tangguh adalah Guru Pembelajar dan Kolaboratif

Perlu kerja sama sekolah-orang tua untuk atasi masalah yang melanda guru.

Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia Persatuan Guru Republik Indonesia (IGTKI-PGRI) DKI Jakarta menggelar webinar  “Menjadi Sekolah dan Guru Tangguh di Era New Normal”, Senin (6/7).
Foto: Dok IGTKI
Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia Persatuan Guru Republik Indonesia (IGTKI-PGRI) DKI Jakarta menggelar webinar “Menjadi Sekolah dan Guru Tangguh di Era New Normal”, Senin (6/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menghadapi permasalahan di masa pandemi, sekolah perlu melakukan berbagai terobosan kreatif untuk tetap survive. Tentunya perlu dukungan  guru pembelajar, guru berjiwa entrepreneur, dan kolaborasi semua pihak. 

Hal itu mengemuka dalam web seminar (webinar) yang digelar oleh Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia Persatuan Guru Republik Indonesia (IGTKI-PGRI) DKI Jakarta dengan mengusung tema “Menjadi Sekolah dan Guru Tangguh di Era New Normal”, Senin (6/7).

Empat tokoh hadir menyapa dan memotivasi guru-guru TK peserta webinar. Keempatnya adalah Dr  H  Adi Dasmin MM, ketua PGRI DKI Jakarta; Drs Junaedi, MM, kabid PAUD dan Dikmas Disdik DKI Jakarta; Ketua Umum PP IGTKI PGRI, Farida Yusuf; dan Fery Farhati  SPsi, MS,  bunda PAUD DKI Jakarta yang memberikan sambutan sekaligus membuka webinar secara resmi.

Webinar  itu menghadirkan dua nara  sumber utama, yaitu Dr. Hj. Yasmine Yessy Gusman, S.H., MBA, pegiat taman bacaan anak/ketua 1 IKAD PAUDI, dan Sandiaga Salahuddin Uno, pengusaha muda/pendiri OKE OCE.

Adi Dasmin mengatakan agar penyelenggaraan Pendidikan di TK dapat berjalan lancar hendaknya pihak yayasan, sekolah, dinas pendidikan, dan masyarakat harus bergotong royong mempersiapkan proses pembelajaran dengan memprioritaskan kesehatan, keselamatan peserta didik dan guru-guru. 

Webinar dipandu oleh Eka Putri Handayani diikuti oleh 870 guru TK DKI Jakarta. Ketua umum PP IGTKI PGRI, Farida Yusuf dalam sambutannya memberikan penguatan kepada guru-guru. Ia menyampaikan IGTKI dalam usia 70 tahun jika diibaratkan dengan manusia adalah orang tua yang pada masa pandemi ini perlu dibatasi pergerakannya. 

“Akan tetapi IGTKI pada usia 70 tahun ini, anggotanya semakin lincah bergerak mencari ilmu dan mengembangkan diri melalui berbagai webinar,” ujar Farida Yusuf dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Ia menambahkan, pada situasi pandemi Covid-19 yang perlu menjadi perhatian orang tua dan guru adalah anak-anak tetap dapat melewati masa-masa pertumbuhannya dengan aktivitas pembelajaran yang menyenangkan dari rumah. Menyadari banyaknya keluhan guru yang mengalami kesulitan ekonomi, ia berpesan agar guru sabar dan tetap mengajar dengan hati karena anak adalah titipan dan tanggung jawab guru untuk mendidiknya.

“Dalam hal ini perlu kerja sama yayasan/sekolah dengan orang tua untuk mengatasi permasalahan yang melanda oleh guru,” imbuhnya.

Menurut Fery Farhati, menghadapi perubahan sistem yang mendadak dengan berbagai permasalahan yang dihadapi, guru tangguh artinya guru yang tetap mampu menjalankan perannya dan mencapai tujuan agar anak didik berhasil. Kualitas guru yang tangguh adalah guru pembelajar. 

Guru pembelajar merupakan sosok yang sangat dibutuhkan dalam memberikan pembelajaran secara jarak jauh. “Menemukan berbagai cara yang menyenangkan untuk anak dan bisa membantu orang tua,” ujarnya.

Hikmah dari pandemi adalah berbagai masalah ditangani bersama. Kita melewati permasalahan pandemi dengan ikut membantu rekan lainnya. “Salah satu ciri guru tangguh di masa pandemi adalah guru yang kolaboratif, yang bisa berbagi praktik-praktik baik bersama guru lainnya untuk mengajar, untuk pembelajaran, dan untuk menjalankan tugasnya,” imbuhnya.

Fery melanjutkan, saling mendukung tidak hanya dalam isu pendidikan tetapi juga dalam permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh guru. Guru menjalankan berbagai peran di rumah sebagai orang tua, sebagai guru mengajar secara online, jualan online untuk survive secara ekonomi. Banyaknya permasalahan yang harus ditangani dalam waktu bersamaan kadang guru terlupakan untuk fokus pada kepentingan anak didiknya.

Ia berpesan hendaknya guru fokus pada kebutuhan anak didik dan bagaimana agar anak didik kita bahagia. Insya Allah dengan cara demikian akan terbuka jalan untuk menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk anak-anak di situasi pandemi. “Di Jakarta ada jargon BAGIMU, yaitu bahagiakan anak, beri gizi yang cukup, dan stimulasi anak. Poin memberikan stimulasi yang baik adalah tugas dari guru-guru,” tandasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement