Kamis 09 Jul 2020 06:31 WIB

Jangan Tiru Kesombongan Presiden Brasil Jair Bolsonaro

Jangan Tiru Kesombongan Presiden Brasil Jair Bolsonaro

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Jangan Tiru Kesombongan Presiden Brasil Jair Bolsonaro
Jangan Tiru Kesombongan Presiden Brasil Jair Bolsonaro

Virus Corona tidak lain hanyalah sebuah “flu ringan”, setiap orang bisa mati kapan saja, jadi orang perlu menghadapi virus corona “seperti jagoan”. Pernyataan-pernyataan meremehkan wabah COVID-19 semacam ini kerap dilontarkan oleh Presiden Brasil, Jair Bolsonaro yang kemudian menjadi sorotan dalam beberapa bulan terakhir. Padahal dalam waktu yang bersamaan, krisis corona di negara terpadat Amerika Latin itu semakin memburuk. Dilaporkan sekitar 1,6 juta orang positif COVID-19 dengan lebih dari 65.000 kematian. Ini menjadikan Brasil sebagai negara terparah kedua yang terkena pandemi setelah Amerika Serikat (AS).

Kini Bolsonaro telah memiliki kesempatan membuktikan ucapannya, menghadapi virus corona “seperti jagoan”. Bolsonaro sebelumnya mengakui bahwa dirinya mengalami gejala COVID-19, termasuk demam 38 derajat Celcius. Setelah menjalani tes, ia pun mengumumkan pada Selasa (07/07) bahwa dirinya positif COVID-19.

Tes kedua Bolsonaro

Stasiun radio Band melaporkan bahwa tes tersebut adalah tes kedua yang dijalani Bolsonaro dalam hitungan hari setelah tes pertama menunjukkan infeksi.

Ini bukan pertama kalinya Bolsonaro, yang selalu menganggap enteng ancaman virus corona, menjalani tes COVID-19. Tes pertamanya dimulai pada awal Maret ketika dirinya kembali dari pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di Florida.

Beberapa anggota delegasi yang menemani Bolsonaro dalam perjalanan itu akhirnya dinyatakan positif COVID-19, sementara dirinya dinyatakan negatif. Hasil tersebut baru muncul di bulan Mei setelah Mahkamah Agung negara itu memaksa Bolsonaro untuk mengungkap hasil tesnya – bukti bahwa banyak warga Brasil tidak mempercayai pemimpin mereka.

Jabat tangan dan pelukan di tengah pandemi

Bolsonaro telah melakukan banyak hal yang kemudian mengikis kepercayaan publik dan menimbulkan keraguan akan akuntabilitasnya. Pria berusia 65 tahun itu kerap mengkritik keras langkah-langkah pembatasan virus corona yang diberlakukan oleh pemimpin negara bagian dan pemerintah kota, yang beberapa di antaranya telah dilonggarkan. Beberapa hari yang lalu, ia bahkan memveto undang-undang yang disahkan oleh Kongres tentang peraturan nasional ihwal pemakaian masker di depan umum.

Bolsonaro berulang kali mengabaikan peraturan untuk mengenakan masker di ibukota, Brasilia, dan mengabaikan peraturan untuk menjaga jarak.

Saat kuburan massal untuk korban virus corona digali di Manaus, Sao Paulo dan Rio de Janeiro, Bolsonaro malah bertemu dengan para pendukungnya di depan istana kepresidenan, berpelukan dan berjabat tangan dengan para penggemarnya tanpa mengenakan masker.

Perilakunya mendapat kecaman luas. Pada akhir Juni, pengadilan mengancam akan mendenda Presiden Brasil itu jika ia tidak mengenakan masker di muka umum. Meski begitu, Bolsonaro tidak selalu menurut. Pada hari Sabtu, ia justru mengunggah foto-foto di media sosial yang memperlihatkan dirinya dengan beberapa menteri dan duta besar AS dalam acara peringatan Hari Kemerdekaan AS, tanpa mengenakan masker.

Meremehkan “flu ringan”

Salah satu pernyataan Bolsonaro yang paling terkenal adalah bahwa ia, sebagai mantan atlet tidak perlu khawatir tentang risiko infeksi virus corona. Bolsonaro adalah seorang penerjun payung di pasukan militer Brasil. Pernyataannya itu lantas memicu serangkaian komentar sarkastik di media sosial.

Kembali pada bulan Maret, Bolsonaro mengatakan bahwa jika dia bisa selamat dari tikaman pisau, maka “flu ringan” tidak akan mampu membunuhnya. Pernyataannya tersebut merujuk pada upaya pembunuhan terhadap dirinya selama kampanye 2018 lalu.

Meski begitu, Bolsonaro muncul dengan tidak banyak mengungkapkan kekhawatiran, meskipun faktanya dia telah terinfeksi virus corona. Sebagai tindakan pencegahan, ia mengatakan telah menggunakan hydroxychloroquine, obat yang ia sebut sebagai “obat ajaib” untuk COVID-19. Padahal penggunaan obat malaria itu untuk melawan virus corona masih kontroversial. WHO sendiri telah menghentikan tes terhadap obat itu pada pertengahan Juni karena tidak menunjukkan efek dalam perjalanan penyakit pasien.

gtp/rap

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement