Kamis 09 Jul 2020 04:19 WIB

Ustman, Abdurrahman, Dahlan, Rajhi: Orang yang Gagal Miskin

Kisah mereka yang gagal miskin

Para orang kaya di zaman Ottoman (ilustrasi)
Foto: google.com
Para orang kaya di zaman Ottoman (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Penulis Buku dan Traveller

“Wahai Abdurrahman, kamu sekarang menjadi orang kaya dan kamu akan masuk surga dengan merangkak. Pinjamkanlah hartamu kepada Allah agar lancar kedua kakimu,” (HR Al-Hakim dalam al-Mustadrak).

Tanpa berpikir, Abdurrahman langsung memberikan 40.000 dirham (setara Rp 1,4 milyar), 40.000 dinar (setara Rp 48 milyar), 200 uqiyah emas, 500 ekor kuda, dan 1.500 ekor unta untuk sedekah.

Kali lain, ia pernah memberikan dagangannya sebanyak 700 ekor unta untuk dibagikan pada penduduk Madinah. Ia juga berwasiat agar setiap Muslim yang ikut Perang Badar yang masih hidup diberi 400 dinar dari hartanya.

Syahdan, Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang “gagal miskin”. Karena takut masuk surga dengan merangkak, ia makin gencar membelanjakan hartanya di jalan Allah. Alih-alih hartanya berkurang karena disedekahkan, yang ada malah terus bertambah.

Bahkan tercatat saat Abdurrahman bin Auf wafat ia masih meninggalkan harta sebesar 2.560.000 dinar (setara Rp 3.072 trilyun).

Sahabat lain yang juga “gagal miskin” adalah Utsman ibn Affan. Kekayaan menantu Rasulullah SAW ini sangat fantastis. Bukan dari jumlahnya, namun yang mencengangkan, harta itu masih abadi dan terus bertambah, bahkan 14 abad setelah wafat.

Suatu kali Ustman mewaqafkan kebun beserta isinya 1.500 batang pohon kurma. Kebun ini terus menghasilkan dan terkelola dengan baik, sekalipun penguasa wilayah Madinah silih berganti.

Hingga kini kebun dan tanah waqaf itu berada di bawah pengawasan Departemen Pertanian Arab Saudi. Sebagian dana itu lalu dikelola dengan dibangun hotel bintang lima yang terletak di samping Masjid Utsman Bin Affan, di kawasan Markaziyah.

Hingga hari ini, tercatat saldo di rekening atas nama Utsman ibn Affan mencapai Rp2.532.942.750.000 dengan pertambahan nilai 50 juta riyal atau setara dengan Rp16 miliar per tahunnya.

Allahu Akbar!

Zaman berganti, Allah terus tunjukkan contoh keberkahan harta orang-orang yang “gagal miskin” ini. Salah satunya di Indonesia.

Tersebutlah nama KH Ahmad Dahlan. Ia adalah satah satu orang “terkaya” di Indonesia yang belum ada tandingannya.mHarta pribadi yang diwaqafkan untuk Muhammadiyah terus berkembang.

Dari satu kelas kecil yang didirikan di pelataran rumahnya di Yogya lebih dari seabad yang lalu, kini amal jariyahnya telah berkembang menjadi lebih dari 10.381 sekolah. Yang terdiri dari TK atau PTQ berjumlah 4623; SD/MI 2.604; SMP/MTS 1772; SMA/sMK/MA 1143; Ponpes 67; dan perguruan tinggi 172.

Itu belum termasuk rumah sakit, panti asuhan, panti jompo, dan banyak lagi. Keseluruhan amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari Aceh hingga Papua.

Valuasi aset Muhammadiyah bila dikalkulasi mendekati angka Rp 320 triliun. Sedang dana likuid yang tersimpan dalam sejumlah rekening yang dimiliki Muhammadiyah diperkirakan nilainya mencapai Rp15 triliun.

Di abad modern ini pun, Allah juga tunjukkan contoh nyata bagi kita. Namanya Sulaiman Abdul Aziz Al Rajhi kelahiran Jeddah 1929.

Ia adalah pemilik Bank Ar-Rajhi, bank syariah terbesar di dunia. Yang pernah umrah atau haji, pasti tak asing dengan nama bank ini, karena ATM-nya ada di setiap sudut keramaian.

Dikutip dari Haramain Update, ia tercatat sebagai orang terkaya nomer 120 di dunia dengan kekayaan mencapai 7,7 milyar USD (setara Rp 70 triliun).

Ia membagikan Rp6,7 triliun untuk kerabat dan fakir miskin. Membangun Masjid Ar-Rajhi di distrik Rabwah, yang mampu menampung 18 ribu jamaah. Yang dilengkapi dengan perpustakaan yang menyimpan 40 ribu jenis buku.

Ia juga menyediakan 400 galon air zam-zam per minggu. Asrama gratis dan beasiswa untuk para penuntut ilmu, juga donasi 16 miliar USD untuk Universitas Madinah.

Sahabat Utsman dan Abdurrahman dijamin surga ketika masih hidup, namun tak membuatnya lalai. Kekayaannya digunakan sebesar-besarnya di jalan Allah.

KH Ahmad Dahlan dan Sulaiman Abdul Aziz Al Rajhi paham betul, harta yang disedekahkan itu yang akan mengantarkannya ke surga.

Bagaimana dengan kita? Bukan masalah banyak atau sedikitnya harta, namun keberkahan yang pahalanya terus mengalir yang paling utama.

.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement