Rabu 08 Jul 2020 13:02 WIB

Mendikbud: Sekolah Dibuka Bertahap

Mendikbud mengatakan pembukaan sekolah dilakukan sangat pelan-pelan.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Indira Rezkisari
Mandikbud Nadiem Makarim mengatakan pembukaan sekolah dilakukan bertahap dimulai dari tingkat SMA.
Foto: Dok IPB University
Mandikbud Nadiem Makarim mengatakan pembukaan sekolah dilakukan bertahap dimulai dari tingkat SMA.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menegaskan pembukaan sekolah di wilayah zona hijau harus tetap mengutamakan kesehatan. Karena itu, pembukaan sekolah dilakukan secara bertahap dan tidak sekaligus, mulai sekolah menengah atas (SMA) dan menengah pertama (SMP), baru setelah itu sekolah dasar dan pendidikan anak usia dini (PAUD).

"Jadinya pembukaan terjadi secara sangat pelan-pelan, dimulai SMA dan SMP dulu hanya untuk di zona hijau, dua bulan lagi baru SD, baru dua bulan lagi PAUD," ujar Nadiem saat mendampingi Wakil Presiden meninjau persiapan pembukaan sekolah di Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (8/7).

Baca Juga

Nadiem beralasan, siswa-siswa di SMA dan SMP dianggap dapat lebih memahami protokol kesehatan. Karena itu, pembukaan sekolah dilakukan untuk SMA dan SMP.

"Untuk anak-anak yang lebih tua umurnya, protokol kesehatan, sosial distancing dan menjaga jarak itu jauh lebih mudah, maka ini adalah pra awal daripada pembukaan kembali sekolah tatap muka," ujar Nadiem.

Nadiem berharap kepala sekolah di sekolah yang akan membuka kegiatan belajar dan mengajar untuk berpikir proaktif dalam mengutamakan kesehatan. Tak hanya, mengikuti imbauan  protokol kesehatan yang sudah ditetapkan tetapi juga inovasi untuk keamanan dan keselamatan siswa.

"Ada hal-hal lain penting, tapi yang paling penting adalah kesehatan. Bukan hanya dari sisi hand sanitizer, dan lain-lain, saya lihat ada berbagai tindakan proaktif bukan hanya pakai masker, face mask, kotak," kata Nadiem.

Nadiem mengambil contoh persiapan SMAN 4 yang melakukan berbagai inovasi untuk membuka kegiatan belajar mengajar pada tahun ajaran ini. Di antaranya penerapan tiga shift pembelajaran dari yang disarankan sebanyak dua shift.

"Itu adalah pola pikir yang sangat baik, karena mengambil langkah-langkah bukan hanya berdasarkan protokol tapi melampaui protokol untuk keamanan demi keselamatan siswa, keluarga dan para guru, itu yang terbaik," kata Nadiem.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement