Senin 06 Jul 2020 21:09 WIB

Kemendikbud: PJJ Buat Jurang Siswa Kaya-Miskin Terlihat

Jurang antara siswa yang berasal dari keluarga kaya dan miskin semakin terlihat

Siswa mengikuti pelajaran dengan sistem pembelajaran jarak jauh ( PJJ).
Foto: Diskominfo Kabupaten Muba
Siswa mengikuti pelajaran dengan sistem pembelajaran jarak jauh ( PJJ).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno mengatakan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) yang dilakukan selama pandemi Covid-19 membuat jurang antara siswa yang berasal dari keluarga kaya dan miskin menjadi semakin terlihat.

"Nah, yang paling rentan adalah anak-anak yang secara sosio ekonomi tertinggal, keluarga yang masih kurang pemahamannya. Ini menjadi langkah pertama dan kemungkinan besar gap atau jurang antaranak bisa terjadi, yang banyak tertinggal adalah anak dari sosio ekonomi rendah," ujar Totok, Senin (6/7).

Anak yang berasal dari keluarga sosio ekonomi rendah kesulitan dalam mengakses pembelajaran karena ketiadaan infrastruktur, misalnya tidak memiliki gawai.

Maka hal pertama yang dilakukan ketika anak kembali masuk sekolah adalah asesmen, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa. Asesmen tersebut tidak diselenggarakan oleh negara dan bukan seperti Ujian Nasional (UN).

"Setiap guru harus melakukan diagnosis pada siswa, bahkan pada kondisi normal pun guru harus mampu melakukan penilaian pada siswa," terang Totok.

Untuk mengantisipasi ketimpangan tersebut, Kemendikbud kemudian membuat modul-modul pembelajaran. Terutama untuk siswa pada jenjang SD. Melalui modul tersebut, anak bisa belajar secara mandiri meskipun tidak memiliki akses internet atau gawai.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement