Jumat 03 Jul 2020 20:03 WIB

Dibutuhkan Tambahan Bantuan Bus Gratis Urai Kepadatan KRL

KAI menyarankan setiap perusahaan juga menyediakan angkutan busa bagi karyawannya.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo.
Foto: Republika
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mencatat kepadatan penumpang kereta rel listrik (KRL) terus bertambah meski pengaturan jalm kerja sesuai Surat Edaran Gugus Tugas Covid-19 Nomor 8 Tahun 2020 sudah diberlakukan. Untuk mengurai kepadatan operasional KRL saat masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi, KAI membutuhkan dukungan tambahan bus gratis.

Meskipun begitu, Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengapresi pemerintah pusat dan daerah yang menyediakan bus gratis dari berbagai stasiun untuk menuju DKI Jakarta namun armada yang disediakan masih belum mampu untuk mengakomodir sebagian besar penumpang KRL.

Baca Juga

“Alangkah baiknya, setiap perusahaan maupun instansi juga menyediakan angkutan bus bagi pekerjanya masing-masing, sehingga kepadatan di KRL dapat semakin terurai,” kata Didiek dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (3/7).

Dari sisi operasional, kata Didiek, KAI sudah semaksimal mungkin meningkatkan kapasitas perjalanan melalui berbagai pengaturan pola operasi. Jam operasional KRL sudah diperpanjang dari sebelumnya pada masa PSBB DKI yaitu 05.00 WIB hingga 18.00 WIB dan sejak PSBB transisi jam operasional diperpanjang menjadi pukul 04.00 WIB hingga 21.00 WIB.

"Jumlah perjalanan pun sudah bertambah dari 774 perjalanan di masa PSBB dan kini sudah menjadi 938 perjalanan perhari dimana sudah mencapai 95 persen dari perjalanan di masa normal yaitu 991 perjalanan per hari," ungkap Didiek.

Didiek menambahkan, jarak antar KRL pada jalur sibuk seperti Bogor saat jam sibuk juga sudah seperti pada masa normal. Dia mengatakan jarak setiap rangkaian KRL hanya lima menit antar keberangkatan kereta. 

Dengan terus meningkatnya jumlah penumpang dari waktu ke waktu, Didiek berharap seluruh pihak dapat bekerja sama agar KRL dapat melayani penumpang dengan maksimal dengan. "Khususnya tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat,” tutur Didiek.

Sejak diberlakuannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi di DKI Jakarta pada 5 Juni 2020, Didiek mengatakan jumlah penumpang KRL semakin meningkat dari waktu ke waktu. Pada hari pertama kerja sejak diberlakukannya PSBB transisi yaitu 8 Juni 2020, jumlah penumpang yang dilayani KRL sebanyak 300.029 penumpang dan pada 29 Juni 2020 naik mencaai 393.498 penumpang atau meningkat 31 persem

“Dengan adanya pembatasan kapasitas KRL sebanyak 45 persen atau 74 penumpang perkereta, maka antrean di stasiun pada jam sibuk tidak dapat dihindarkan,” tutur Didiek.

Didiek menjelaskan, kepadatan tersebut pada dasarnya dapat dihindari jika seluruh pihak mematuhi pengaturan jam kerja sesuai SE Gugus Tugas Covid-19 Nomor 8 Tahun 2020. Dengan adanya pengaturan jam kerja, kata dia, antrean penumpang yang biasanya terjadi pada pukul 06.30 WIB hingga 07.30 WIB setiap hari dapat melandai karena jadwal keberangkatan penumpang bergeser dan tidak bersamaan .

“Berdasarkan data, tidak ada pergeseran peak hour sejak terbitnya SE Gugus Tugas Covid Nomor 8 Tahun 2020. Sampai saat ini, peak hour pagi berkisar pada rentang 06.30 WIB sampai 07.30 WIB dan malam pada rentang 16.30 WIB sampai 18.30 WIB,” ungkap Didiek.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement