Jumat 03 Jul 2020 13:45 WIB

Epidemiolog Tegaskan Indonesia Harus Tingkatkan Dua Hal Ini

Kurva Covid-19 di Indonesia belum capai puncak dengan penambahan yang masih tinggi.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andri Saubani
Stiker tanda wajib masker tertempel pada armada mikrotrans Jak Lingko yang telah menerapkan protkol kesehatan di terminal Pinang Ranti, Jakarta, Jumat (3/7). Setelah sempat dihentikan sementara, Mikrotrans Jak Lingko kembali beroprasi dengan menerapkan protokol kesehatan seperti pemasangan tanda jaga jarak, wajib masker guna menghindari masifnya penyebaran Covid-19.Prayogi/Republika.
Foto: Republika/Prayogi
Stiker tanda wajib masker tertempel pada armada mikrotrans Jak Lingko yang telah menerapkan protkol kesehatan di terminal Pinang Ranti, Jakarta, Jumat (3/7). Setelah sempat dihentikan sementara, Mikrotrans Jak Lingko kembali beroprasi dengan menerapkan protokol kesehatan seperti pemasangan tanda jaga jarak, wajib masker guna menghindari masifnya penyebaran Covid-19.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang masuknya masa kenormalan baru, kondisi penyebaran Covid-19 di Indonesia masih belum menunjukkan adanya penurunan. Dalam hal ini, penerapan protokol kesehatan dan peningkatan tes PCR untuk mendeteksi Covid-19 harus dimaksimalkan.

Ahli wabah atau epidemiolog Universitas Indonesia menilai penerapan jaga jarak adalah hal utama yang perlu ditekankan dalam setiap aktivitas masyarakat. "Aturan pelaksanaan untuk jaga jarak yang lebih penting," kata Pandu saat dihubungi Republika, Jumat (3/7).

Baca Juga

Bila penerapan aturan jaga jarak dilakukan maksimal dalam setiap aktivitas masyarakat, maka angka penularan Covid-19 juga dapat semakin diminimalisasi. Sebagaimana diketahui, sejumlah kendaraan umum mulai beroperasi di DKI Jakarta.

Bila aturan jaga jarak diterapkan dengan tegas dan penuh kesadaran oleh masyarakat, maka jumlah kuota penumpang akan menyusut dengan sendirinya. Hal ini juga berlaku untuk aktivitas lain yang melibatkan banyak massa.

"Cukup jaga jarak," kata Pandu.

Selain itu, pemerintah juga diminta terus berupaya maksimal dalam mendeteksi dan menetapkan Covid-19. Hal ini dapat terus dilakukan dengan memaksimalkan PCR. Rapid test yang banyak dilakukan dinilainya masih belum cukup.

"Tingkatkan terus PCR," kata dia.

Sebab, Pandu meyakini bahwa Indonesia masih belum sampai pada puncak pandemi. Hal ini lantaran jumlah positif penderita Covid-19 masih terus bertambah. Jika sudah puncak, mestinya setelah itu terjadi penurunan kasus Covid-19.

Senada, Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan juga menyebutkan kondisi Indonesia, terutama DKI Jakarta dan Jawa Timur belum menunjukkan perkembangan yang baik terkait jumlah kasus. Maka itu, pemerintah tak perlu memperbolehkan aktivitas yang melibatkan terlalu banyak massa.

"Situasi masih belum sepenuhnya zero transmission, Jakarta saja kasus masih di atas 100 per hari, Maka akan lebih baik aktivitas yg mengundang massa besar dan kerumuman ditunda dulu," ujarnya pada Republika.

Aktivitas yang melibatkan banyak massa akan membuat sulit pelacakan kasus Covid-19. Sehingga, sebaiknya aktivitas massa tetap dibatasi bahkan dilarang.

Pada Kamis (2/7), pemerintah merilis ada penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 1.624 orang dalam 24 jam terakhir. Ini adalah angka penambahan kasus harian terbanyak sejak rilis kasus Covid-19 pertama di Indonesia pada awal Maret lalu.

Angka penambahan tertinggi sebelumnya tercatat pada Rabu (1/7) dan Sabtu (27/6) dengan 1.385 kasus baru. Total kasus konfirmasi positif di Indonesia sebanyak 59.394 orang.

Jawa Timur kembali menjadi provinsi dengan penambahan kasus terbanyak dalam satu hari terakhir, yakni 374 kasus baru. Kemudian menyusul DKI Jakarta dengan 190 kasus baru, Sulawesi Selatan dengan 165 kasus, Jawa Tengah dengan 153 kasus, dan Kalimantan Selatan dengan 114 kasus baru dalam 24 jam terakhir.

photo
10 besar daerah dengan rasio kasus Covid-19 tertinggi. - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement