Jumat 03 Jul 2020 11:36 WIB

Surabaya Syaratkan Rapid Test untuk Peserta UTBK

Syarat rapid test peserta UTBK demi keselamatan dan kesehatan warga.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK)
Foto: ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
Peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah mengeluarkan surat edaran Wali Kota Surabaya nomor 421.4/5853/436.8.4/2020 terkait syarat pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pelaksanaan UTBK di antaranya dilaksanakan di empat Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya.

Dalam poin kedua surat edaran tersebut dituliskan, seluruh peserta UTBK wajib menunjukkan uji rapid test dengan hasil non reaktif atau swab test dengan hasil negatif. Paling lambat 14 hari sebelum mengikuti ujian kepada panitia.

Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, Irvan Widyanto mengatakan, syarat tersebut demi keselamatan dan kesehatan warga.

"Pada prinsipnya keselamatan dan kesehatan warga adalah hukum tertinggi. Jadi prinsip itu yang harus dipahamkan kepada semuanya. Jadi kita tidak melihat apa-apa, tapi semata-mata kesehatan dan keselamatan warga adalah hukum yang tertinggi," kata Irvan di Surabaya, Jumat (3/7).

Irvan mengaku, Pemkot Surabaya telah menyiapkan solusi dengan menyiapkan rapid test gratis bagi warga Surabaya yang akan mengikuti UTBK tersebut. Namun dikhususkan bagi warga yang kesulitan ekonomi untuk melakukan rapid test. Tepatnya bagi mereka calon mahasiswa yang tergabung dalam program bidik misi.

"Jadi pemerintah kota sudah memberikan solusi, tapi kan itu tidak mungkin untuk semuanya, dan ini khusus untuk warga Surabaya. Terutama yang mereka tergabung dalam bidik misi itu mereka nanti akan kita siapkan rapid test massal secara gratis," ujar Irvan.

Sedangkan untuk rencana penempatan rapid test massal, pihaknya mengaku masih berdiskusi dengan pihak kampus. "Kemungkinan bertempat di kampus-kampus itu, di Unair, ITS dan UPN," ujar Irvan.

Irvan juga mengaku sedang mempertimbangkan alternatif lain bagi calon peserta yang merasa kesulitan akses transportasi menuju lokasi rapid test. Bagi mereka yang kesulitan akses transportasi, nantinya Pemkot Surabaya akan menyiapkan alternatif lain lokasi rapid test.

"Kalau untuk para peserta dari bidik misi ini yang kesulitan transportasi maka mereka nanti juga akan disiapkan alternatif, mereka bisa menghubungi Puskesmas yang terdekat, mereka langsung bisa melaporkan itu," kata dia.

Jika mengikuti rapid test di Puskesmas, kata Irvan, nantinya calon peserta hanya tinggal menunjukkan KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) kepada petugas Puskesmas. Itu pun jika memang merasa kesulitan akses transportasi menuju lokasi rapid test di kampus.

“Alternatif kedua mereka bisa ke Puskesmas terdekat, sehingga memperkecil cost untuk ke sana,” ujarnya.

Irvan melanjutkan, bagi mereka yang secara ekonominya terbilang mampu, bisa menghubungi lab-lab yang ada di Surabaya. “Yang kita khususkan ini untuk warga Kota Surabaya yang tergabung bidik misi dan termasuk mereka juga yang secara ekonomi menengah ke bawah yang nanti dilayani dengan rapid test gratis itu,” ujarnya.

Jika nantinya hasil rapid test peserta UTBK ini dinyatakan reaktif, maka tak perlu khawatir. Sebab, pihak kampus memberikan relokasi waktu bagi para peserta UTBK yang dinyatakan reaktif rapid test. “Kalau hasil diskusi dengan para perwakilan rektorat, nanti akan ada relokasi waktu ketika rapid test hasilnya reaktif,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement