Jumat 03 Jul 2020 06:00 WIB

3 Cara Menilai Kegawatdaruratan Anak di Rumah (2-Habis)

Ada kondisi yang membuat anak membutuhkan pertolongan medis sesegera mungkin.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Anak balita menangis (ilustrasi). Tangisan anak yang melengking dan tak bisa ditenangkan harus diwaspadai sebagai tanda kegawatdaruratan.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Anak balita menangis (ilustrasi). Tangisan anak yang melengking dan tak bisa ditenangkan harus diwaspadai sebagai tanda kegawatdaruratan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di masa pandemi Covid-19, banyak orang tua yang mungkin merasa khawatir untuk membawa anak mereka berobat ke rumah sakit. Padahal, sang anak mungkin saja sedang dalam kondisi yang membutuhkan pertolongan medis sesegera mungkin.

Ada tiga hal yang bisa dinilai oleh orang tua untuk mengetahui apakah anak mereka dalam kondisi yang gawat dan perlu dibawa ke rumah sakit atau tidak. Ketiga hal tersebut adalah behavior (perilaku), breathing (upaya napas), dan body color (warna badan) atau dikenal sebagai 3B.

Baca Juga

Bila mendapati ada hal-hal yang berbeda dari 3B ini, orang tua sebaiknya segera memeriksakan anak mereka ke dokter atau ke rumah sakit. Berikut ulasan kedua dari dua tulisan.

Behaviour

Untuk menilai perilaku, hal pertama yang perlu diperhatikan orang tua adalah apakah anak mereka bergerak dengan aktif dan masih bisa menolak ataukah anak tampak lemas. Misalnya, anak berumur satu tahun umumnya bersikap aktif dan cenderung takut bertemu orang asing. Bila anak berumur satu tahun tampak banyak tidur dan diam saja ketika digendong orang asing, orang tua tak boleh menganggap enteng.

"Kalau dia berbeda dari biasanya, kita harus sudah waspada ada sesuatu, berbeda perilakunya," jelas spesialis anak konsultan dr Yogi Prawira SpA(K) melalui edukasi daring yang diselenggarakan dalam rangka HUT Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ke-66.

Orang tua juga perlu menilai kesadaran anak. Apakah anak bisa dibangunkan dengan suara-suara kecil atau anak justru tampak tertidur terus di jam-jam yang seharusnya dia bermain dengan aktif.

Bila anak masih memberi respons ketika diberi rangsangan suara saat tidur atau anak masih mau bermain dan berinteraksi, maka kemungkinan kondisi anak masih baik.

"Kalau anak yang sakit, sering kali kalau sakitnya berat dia sudah nggak mau main, dikasih mainan dia menolak," jelas Yogi.

Ayah dan ibu juga perlu waspada bila anak tak bisa ditenangkan ketika menangis, khususnya bila anak menangis dengan suara yang melengking tinggi (high pitched cry). Anak yang menangis melengking tinggi dan tak bisa ditenangkan bisa menjadi tanda ada adanya masalah.

"Kalau nangisnya nggak wajar, berjam-jam, kemudian nggak bisa ditenangkan, berarti dia lagi ngasih alarm, ada sesuatu. Minimal dia merasa tidak nyaman, merasa sakit, kita harus cari tahu," kata Yogi.

Aspek lain yang perlu diperhatikan ketika menilai perilaku adalah kontak mata dan suara. Bila tatapan mata anak seperti menembus atau menerawang, itu bisa menjadi pertanda bahwa ada suatu masalah.

"Kemudian apakah bicaranya kuat atau lemah, suaranya parau atau tidak," tutur Yogi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement