Kamis 02 Jul 2020 17:24 WIB

Penelitian: Masker dari Katun Lebih Baik dari Sintetis

Masker N95 masih menjadi yang terbaik dalam menghambat penularan virus Covid-19

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Masker kain, ilustrasi
Foto: Edi Yusuf/Republika
Masker kain, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penelitian oleh Institut Standar dan Teknologi Nasional Amerika Serikat (NIST) menemukan bahwa penutup wajah atau masker yang terbuat dari kapas atau katun jauh lebih baik daripada masker sintetis untuk mencegah penyebaran virus corona tipe baru atau Covid-19. Penelitian tersebut diterbitkan pekan lalu dalam jurnal ACS Nano dan dipublikasikan di web NIST pada Senin (30/6).

Para peneliti memeriksa 32 bahan kain yang berbeda untuk efektivitas dalam menghambat penularan Covid-19. Menurut pernyataan yang dipublikasikan di situs web NITS, dari lima bahan yang paling efektif, tiga di antaranya adalah katun 100 persen dan yang tampak memiliki bagian-bagian timbul seperti pada handuk flanel.

Baca Juga

Dari lima yang paling tidak efektif, empat adalah sintetis atau sebuah istilah yang mengacu pada kain buatan, seperti nilon atau poliester, daripada bahan alami, seperti kapas. Namun demikian, penelitian tersebut menyebutkan bahwa tidak ada masker yang mendekati efisiensi masker N95.

Seorang peneliti dari NIST dan anggota penelitian terebut, Christopher Zangmeister mengatakan, bahan yang tidak tersedia di pasaran memberikan perlindungan dari aerosol jika menggunakan beberapa lapis kain, dan penutup wajah yang sangat pas.

"Tapi tidak ada yang sebagus masker N95," ujarnya dikutip laman Al Arabiya, Kamis (2/7).

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merekomendasikan sejak April bahwa masker kain harus dipakai di tempat umum, sebab langkah-langkah jarak sosial sulit untuk dipraktikkan, seperti di toko bahan makanan dan apotek untuk menghambat penyebaran Covid-19. "CDC juga menyarankan penggunaan kain penutup wajah sederhana untuk memperlambat penyebaran virus dan membantu orang yang mungkin memiliki virus dan tidak tahu itu menularkannya kepada orang lain," kata CDC.

CDC juga mengatakan bahwa penutup muka berbahan kain dapat dibuat dari barang-barang rumah tangga atau dibuat di rumah dari bahan-bahan umum. Kain bekas, bandana, atau kaus lama dapat digunakan untuk membuat masker.

Kendati demikian, penelitian baru menunjukkan, bahwa bahan tertentu memiliki efektivitas lebih dari yang lain. Meski tim menyebutkan material terbaik untuk masker kain, tetapi kegunaan data tersebut untuk individu yang mencari perlindungan untuk diri sendiri masih terbatas. Masker kain terbaik dalam studi tersebut beberapa di antaranya sulit dipakai untuk bernapas dan tidak memenuhi standar kesehatan dan keamanan.

"Tekstur ternyata menjadi salah satu parameter yang lebih berguna untuk dilihat karena kami menemukan bahwa sebagian besar kain katun dengan benang terangkat cenderung menyaring terbaik," kata peneliti lain dari NIST dan anggota penelitian Jamie Weaver.

"Temuan kami menunjukkan bahwa kemampuan kain untuk menyaring partikel didasarkan pada interaksi yang kompleks antara jenis bahan, struktur serat dan tenunan, dan jumlah benang," ujarnya menambahkan.

Namun, para peneliti mendesak agar berhati-hati dalam menggunakan temuan-temuan studi tersebut. Mereka mencatat bahwa masker yang dirancang khusus masih jauh lebih baik daripada apa pun yang diuji.

"Intinya adalah bahwa tidak ada kain yang sebagus masker N95. Meski begitu, masker kain dapat membantu memperlambat penyebaran Covid-19. Kami berharap penelitian ini akan membantu produsen dan pembuat mandiri menentukan kain terbaik dan berfungsi sebagai dasar penelitian tambahan," ujar Zangmeister.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement