Kamis 02 Jul 2020 08:05 WIB

Eksekutif Facebook Frustrasi Tanggapi Boikot Iklan

Lebih dari 400 merek lenyap dari iklan Facebook pada Rabu (1/7)

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Lebih dari 400 merek lenyap dari iklan Facebook pada Rabu (1/7). Ilustrasi.
Foto: Reuters/Dado Ruvic
Lebih dari 400 merek lenyap dari iklan Facebook pada Rabu (1/7). Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Lebih dari 400 merek termasuk Coca-Cola dan Starbucks lenyap dari iklan Facebook pada Rabu (1/7). Atas gerakan itu, perusahan tersebut mulai frustrasi dalam melakukan pembicaraan untuk menghentikan boikot atas ujaran kebencian di situs tersebut.

Kelompok-kelompok hak sipil Amerika Serikat (AS) telah meminta perusahaan multinasional untuk membantu menekan raksasa media sosial. Upaya ini agar perusahaan itu mengambil langkah konkret untuk memblokir ujaran kebencian setelah kematian George Floyd dan kondisi rasisme yang berkembang.

Baca Juga

Menurut tiga sumber Reuters, eksekutif Facebook termasuk wakil presiden solusi bisnis global, Carolyn Everson, dan direktur kebijakan publik, Neil Potts, setidaknya mengadakan dua pertemuan dengan para pengiklan pada Selasa (30/6). Upaya tersebut dilakukan menjelang boikot satu bulan yang direncanakan.

Tapi, sumber tersebut menjelaskan eksekutif perusahan tidak memberikan rincian baru tentang cara mereka akan menangani ujaran kebencian. Sebagai gantinya, mereka menunjuk kembali ke siaran pers baru-baru ini, membuat pengiklan frustrasi karena rencana itu tidak cukup jauh.

"Ini sama sekali tidak bergerak," kata seorang eksekutif di agensi iklan besar tentang percakapan tersebut.

Salah satu perwakilan agensi iklan digital yang berpartisipasi dalam panggilan mengatakan eksekutif Facebook berulang kali merujuk audit, tanpa menawarkan konsesi tambahan. Sedangkan sumber lain menyatakan, para eksekutif Facebook telah menghubungi para CEO, anggota dewan, dan kepala pemasaran pengiklan besar untuk membujuk keluar dari boikot.

Kepala Eksekutif Facebook Mark Zuckerberg setuju untuk bertemu dengan penyelenggara boikot. Salah satu kelompok itu, Anti-Defamation League, mengatakan pertemuan itu akan terjadi pada 6 atau 7 Juli.

Kelompok-kelompok hak-hak sipil AS termasuk Anti-Defamation League, NAACP, dan Color of Change memulai kampanye Stop Hate for Profit setelah kematian Floyd, seorang pria kulit hitam yang meninggal di bawah cekikan leher polisi kulit putih bulan lalu.

Kelompok-kelompok tersebut menguraikan 10 tuntutan untuk Facebook. Tuntutan itu termasuk mengizinkan orang-orang yang mengalami pelecehan parah untuk berbicara dengan karyawan Facebook dan memberikan pengembalian uang kepada merek yang iklannya muncul di samping konten ofensif yang kemudian dihapus.

Chief Operating Officer Facebook Sheryl Sandberg diminta bertemu dengan penyelenggara kampanye pekan lalu. Pertemuan ini dilakukan bersama dengan Chief Product Officer Chris Cox yang juga teman lama Zuckerberg, setelah mengundurkan diri atas arahan perusahaan tahun lalu dan kembali lagi bulan ini.

Kelompok-kelompok itu bersikeras Zuckerberg juga harus ada di setiap pertemuan. Ketua Eksekutif Anti-Defamation League Jonathan Greenblatt mencatat bahwa sebagai CEO, pemimpin, dan pemegang saham terbesar perusahaan, dia adalah otoritas tertinggi. Juru bicara Facebook mengatakan perusahaan sejak itu mengonfirmasi bahwa Zuckerberg akan bergabung dengan pertemuan yang akan direncanakan.

Menurut catatan penelitian Morningstar mengutip data Pathmatics, untuk Facebook boikot memiliki dampak finansial yang cukup besar. Dengan 100 merek teratas di Facebook pada tahun 2019, kemungkinan menghasilkan hanya 6 persen dari total pendapatan tahunan sebanyak 70 miliar dolar AS.

Facebook mengatakan tahun lalu, 100 pengiklan topnya menyumbang kurang dari 20 persen dari total pendapatan iklan. Berita boikot menghilangkan 56 miliar dolar AS dari kapitalisasi pasar Facebook setelah penurunan 8 persen pada saham pada 26 Juni.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement