REPUBLIKA.CO.ID, -- Oleh: Muhammad Daud Bengkuah, Mahasiswa Pascasarjana Kajian Sejarah Islam, UIN Jakarta.
Al-Falimbani, demikian orang-orang Arab menyebut para pelajar yang berasal dari Sumatera Selatan Indonesia. Tokoh awal yang dinisbatkan kepada Al-Falimbani adalah syekh Jakfar bin Badruddin al-Falimbani. Pada abad 18 M nama al-Falimbani begitu masyhur di tanah suci karena prestasi salah satu pelajar dari Palembang yang menjadi mahaguru para ulama.
Pelajar tersebut bernama Syekh Abdul Shamad al-Falimbani. Salah satu murid al-Falimbani yang berasal dari Zabid Yaman Syekh Sulaiman al-Ahdal mengomentari sosok al-Falimbani sebagai berikut : "Beliau guru kami yang sangat alim, waliyullah yang punya pemikiran luas yang senantiasa takut kepada Allah. Beliau adalah ulama yang mengamalkan ilmunya serta menguasai berbagai bidang ilmu" (lihat: Al-Nafas Al-Yamani).
Begitu berpengaruhnya Al-Falimbani khususnya di Nusantara sehingga sampai saat ini warisan keilmuannya tetap di pelajari terutama kitab Sayrul al-Salikin dan Hidayah al-Salikin.
Kitab hidayah al-Salikin sendiri merupakan kitab berbahasa melayu pertama dicetak Timur tengah atas usaha syekh Ahmad Fathani. Dia memberikan komentar terhadap isi kitab Hidayah al-Salikin yang terdapat Di halaman pertama. Tertulis sebagai berikut :
Hai saudara yang menuntuti makrifat
dan kelebihan tinggi di akhirat
Tuntutlah olehmu akan tasawuf karena
ilmunya boleh mengangkatkan derajat
Sekalian ilmu itu jasad
ia nyawanya yang berikan manfaat
Serta akan ilmunya kamu itu amal
maka jikalau tiada rugi amat
Baca kamu akan hidayah salikin
yang melepas kamu akan sesat
Kitab amat banyak padanya faedah
serta ibaratkan nyata lagi dekat
Ya rabbana bagi muallifnya beri
rahmat bagi kami berikan berkat
(lihat naskah : Hidayah al-Salikin)
Di Palembang, tradisi para ulama membaca dan mengkaji pemikiran al-falimbani tetap di lestarikan. Kitab Sayr salikin dibaca dan di pelajari di masjid agung Palembang (saat ini bernama : masjid Sulthan Mahmud Badaruddin Jayawikrama) dibawah bimbingan seorang ulama muda ustadz Abdul Majid Dahlan.
- Keterangan foto: Ustaz Abdl Majid Dahlan
Da'i yang lahir di kota Palembang pada tanggal 27 Desember 1979 Masehi ini adalah khadam kiai sepuh Palembang Syekh Zawawi Idhzom ( wafat : 2013) selama lebih kurang 8 tahun. Ia selesai mengkhatamkan kitab Sayr Salikin dibawah asuhan ulama sufi yang wara' yaitu syekh Abdullah Zawawi Idhzom, sehingga mendapatkan ijazah Sanad. Ada keistimewaan dari Sanad yang ia miliki yaitu semua ulama dalam ijazah sanad adalah berasal dari kota Palembang. Sebagaimana berikut:
1. Ustadz Abdul Majid Dahlan Palembang
2. Syekh Abdullah Zawawi Palembang
3. Syekh Kemas Umar Palembang
4. Sayyid Abdurrahman Jamalullail Palembang
5. Sayyid Hasyir Jamalullail Palembang
6. Kiagus Syekh Muhammad Aqib bin hasanuddin Palembang
7. Syekh Abdul Shamad bin Abdurrahman Palembang
Saat ini pengajian Sayr Salikin di masjid agung Palembang sudah memasuki juz ke-3 bab hak-hak dalam persahabatan dan berjiran tetangga. Selain di masjid agung sang ustaz juga membuka pengajian kitab Sayr al-Salikin dirumah pribadinya setiap rRbu pagi.