Kamis 02 Jul 2020 01:21 WIB

Persik: Kompetisi di Tengah Pandemi Sangat Berisiko

Kami berusaha menerima keputusan PSSI.

Penandatanganan kontrak kerjasama Biznet dengan Persik Kediri telah berlangsung di Jakarta, yang dilakukan oleh Yudie Haryanto selaku VP Marketing Biznet dan Abdul Hakim Bafagih selaku CEO Persik Kediri, pada 6 Februari 2020.
Foto: Biznet
Penandatanganan kontrak kerjasama Biznet dengan Persik Kediri telah berlangsung di Jakarta, yang dilakukan oleh Yudie Haryanto selaku VP Marketing Biznet dan Abdul Hakim Bafagih selaku CEO Persik Kediri, pada 6 Februari 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI — Presiden Klub Persik Abdul Hakim Bafagih menilai bahwa kompetisi di tengah pandemi COVID-19 sangat berisiko, terlebih lagi saat ini belum ada tanda-tanda pandemi akan berakhir.

"Kompetisi di tengah pandemi sangat berisiko. Apalagi pandemi COVID-19 di Indonesia belum tampak melandai. Jangankan melandai, titik puncaknya saja belum selesai," kata Presiden Klub Persik Abdul Hakim Bafagih di Kediri, Jawa Timur, Rabu (1/7).

Ia mengatakan, Persik Kediri sudah menerima secara resmi surat keputusan (SK) PSSI tentang kelanjutan kompetisi Liga 1 2020. Menyikapi Surat Edaran Nomor SKEP/53/VI/2020 itu, dirinya sangat menghargai keputusan federasi.

"Kami berusaha menerima keputusan PSSI. Kan, PSSI sudah punya pertimbangan yang cukup menurut mereka," kata Hakim.

Hakim mengatakan, sebagai induk organisasi tertinggi sepak bola Tanah Air, klub mau tidak mau harus tunduk.

Namun, terkait kompetisi tahun ini, sikap Manajemen Persik tidak pernah berubah, yakni setuju bahwa menghentikan liga dan menggantikan dengan turnamen adalah jalan terbaik.

Ia juga menginginkan pelaksanaan kompetisi di masa pandemi perlu menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Hakim juga mengapresiasi upaya PSSI dalam merumuskan protokol kesehatan di masa pandemi COVID-19. Begitu pun informasi terbaru, bahwa PT Liga Indonesia Baru (LIB) akan menanggung biaya rapid test dan pencegahan COVID-19 selama kompetisi berlangsung.

Dalam SK yang diterbitkan 27 Juni 2020, PSSI juga menerangkan tentang renegosiasi kontrak pemain. Persik juga akan menyesuaikan negosiasi sesuai dengan SK.

"Meski menjadi masalah yang sensitif, semua stakeholder industri sepak bola wajib mengikuti keputusan tersebut," ujar dia.

Ia juga masih mempertanyakan tentang kejelasan hak komersial klub dari bulan April hingga kini serta penyesuaian jumlahnya belum ada. Padahal, SK tersebut sudah terbit.

Hakim mengungkapkan semua klub juga bisa mengalami kesulitan finansial saat kompetisi berjalan di tengah pandemi. Terlebih lagi pertandingan setiap pekannya tidak dihadiri suporter di stadion.

Menurut dia, tidak ada pihak yang diuntungkan sama sekali dan justru semua dirugikan, mulai federasi, operator liga, klub, sponsor, dan suporter. Namun, karena semua pihak perlu berusaha menyiasati untuk meminimalisir kerugian-kerugian yang dialami.

"Seperti yang pernah kami usulkan, hak komersial klub idealnya adalah sebesar Rp1,2 sampai Rp1,5 miliar setiap bulan," kata Hakim yang juga anggota DPR RI tersebut.

Ia berharap, pandemi COVID-19 bisa secepatnya melandai dan Indonesia segera pulih, sehingga Liga Indonesia bisa mendapatkan jalan terbaik sebagai olahraga, industri sekaligus hiburan bagi masyarakat.

"Kami semua berharap liga berjalan dengan baik," kata Hakim.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement