Rabu 01 Jul 2020 11:47 WIB

Epidemiolog: Jumlah Positif Covid-19 Belum Capai Puncak

Epidemiolog mengatakan jumlah kasus positif Covid-19 secara global belum capai puncak

Seorang pasien didorong melewati warga yang mengantre untuk menunggu tes di klinik, Beijing, Cina, Senin (15/6). Ibukota Cina bersiap-siap untuk gelombang kedua virus Corona setelah lebih dari 100 kasus baru dilaporkan baru-baru ini di kota yang belum pernah melihat kasus penularan lokal dalam lebih dari sebulan
Foto: AP/Ng Han Guan
Seorang pasien didorong melewati warga yang mengantre untuk menunggu tes di klinik, Beijing, Cina, Senin (15/6). Ibukota Cina bersiap-siap untuk gelombang kedua virus Corona setelah lebih dari 100 kasus baru dilaporkan baru-baru ini di kota yang belum pernah melihat kasus penularan lokal dalam lebih dari sebulan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  - Hasil pemantauan global Covid-19 menunjukkan bahwa virus corona jenis baru tersebut tidak bermutasi, sedangkan jumlah kasus positif saat ini belum mencapai puncaknya.

Kepala Epidemiolog Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular China (CCDC) Wu Zunyou mengatakan, hasil pemantauan global tersebut merupakan kabar gembira bagi penelitian dan pengembangan vaksin seperti dikutip media penyiaran setempat, Rabu (1/7).

Jumlah kasus di Beijing diperkirakan akan turun menjadi nol dalam sepekan karena kasus yang ditemukan baru-baru ini kebanyakan dari kalangan orang-orang yang dikarantina dan diobservasi dalam rentang waktu empat hingga 13 hari.

Meskipun demikian, Wu tetap mengingatkan pemerintahannya tidak boleh melonggarkan tindakan penanggulangan dan pencegahan wabah dan harus terus dilakukan sampai penghabisan.

Saat jumlah kasus positif Covid-19 di dunia telah mencapai angka 10 juta dan total kematiannya sebanyak 500 ribu, Wu menganggap, angka itu belum mencapai puncak, tapi akan terus meroket dalam waktu dekat ini.

Ia memperkirakan, peningkatan kasus dari 10 juta ke 20 juta akan membutuhkan waktu yang relatif cepat karena sebagian besar negara tidak melakukan langkah-langkah efektif dalam pencegahan pandemi, kecuali China dan sebagian kecil negara lainnya.

"Situasi di beberapa negara tidak terkendali dan semakin buruk," kata Wu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement