Rabu 01 Jul 2020 08:06 WIB

Kemendikbud Up-skilling dan Re-skilling 2.160 Guru SMK

Program ini penting dalam meningkatkan 'pernikahan' antara sekolah vokasi dan DUDI.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Agus Yulianto
Guru SMA/SMK di Indonesia Didorong Jadi Problem Solving untuk Siswa. (Ilustrasi)
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Guru SMA/SMK di Indonesia Didorong Jadi Problem Solving untuk Siswa. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan program up-skilling dan re-skilling bagi 2.160 guru kejuruan SMK. Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto menyebut program ini penting dalam hal meningkatkan 'pernikahan' antara sekolah vokasi dan dunia usaha dunia industri (DUDI). 

"Up-skilling dan re-skilling Guru Kejuruan SMK merupakan program yang sangat signifikan untuk mendukung pernikahan massal dengan dunia industri," kata Wikan, dalam telekonferensi, Selasa (30/6). 

Wikan menjelaskan, pihaknya sedang merancang kurikulum SMK yang baru. Dia mengatakan, kurikulum yang baru ini akan lebih sederhana namun cocok dengan kebutuhan industri karena disusun bersama dengan industri. 

"Kurikulum ini mencakup pemenuhan kompetensi hard skill dan soft skill secara seimbang," kata Wikan. 

Tahun ini, Kemendikbud membuka kesempatan bagi 2.160 guru untuk mengikuti Program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK. Wikan mengungkapkan, dengan perkembangan teknologi di industri yang cepat, SMK harus mampu beradaptasi dengan pembelajaran yang fleksibel dan kontekstual dengan industri. 

Salah satunya langkah yang bisa dilakukan adalah melalui skema pembelajaran project by learning atau bring industry to school. Wikan menjelaskan, meskipun meskipun pembelajaran SMK tetap 60 persen mengedepankan praktik, namun seluruh mata pelajaran baik praktik maupun teori disesuaikan dengan konteks kenyataan yang ada di industri. 

"Guru SMK tidak hanya mengajar, tetapi juga sebagai mentor, fasilitator, motivator, dan coach yang dapat mengubah nobody menjadi seorang superstar. Mampu membangkitkan anak menjadi kompeten setelah lulus SMK, baik secara prestasi, leadership, ability, dan kemampuan komunikasi," kata dia lagi. 

Pelaksanaan Program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK didasarkan pada pemetaan empat bidang cluster center of excellence (CoE) SMK. Hal ini meliputi bidang manufaktur dan konstruksi, ekonomi kreatif, hospitality, dan care service. 

Pemilihan CoE tersebut telah mempertimbangkan tren perkembangan industri dan kapasitas penyerapan tenaga kerja. Secara total, terdapat 21 kompetensi keahlian di SMK yang masuk dalam kriteria program ini.

Program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK akan dilakukan secara online learning dan blended learning sesuai dengan kompetensi dan keterampilan kejuruan yang akan dicapai guru. Pelatihan selama 2-4 bulan ini terbuka bagi guru SMK yang memiliki usia di bawah 50 tahun dan memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK). Informasi lebih lengkap mengenai persyaratan dapat diakses melalui laman www.vokasi.kemendikbud.go.id. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement