Selasa 30 Jun 2020 16:26 WIB

Masjid Jogokariyan Perluas Area Pemotongan Hewan Qurban

Masjid Jogokariyan sudah membuat empat alat untuk merobohkan hewan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Masjid Jogokariyan Perluas Area Pemotongan Hewan Qurban (ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat/ Republika
Masjid Jogokariyan Perluas Area Pemotongan Hewan Qurban (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan, Ustaz Muhammad Jazir ASP mengatakan, pandemi Covid-19 memang masih berlangsung di Indonesia. Tapi, itu dirasa tidak sampai mengganggu aktivitas keagamaan, termasuk di tempat ibadah.

Yang paling penting, kata Jazir, kita melakukan langkah-langkah untuk menjaga keamanan jamaah dan warga dari penyebaran Covid-19 lewat protokol pencegahan. Untuk Idul Adha 1441 H, ia menuturkan, Masjid Jogokariyan perluas area kerja.

Jazir mengungkapkan, perluasan itu rencananya akan dilakukan dengan menutup jalan di sekitar Masjid Jogokariyan. Walau tidak biasa dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, penutupan dilakukan demi hindari kerumunan di satu titik.

"Kita memerlukan area sekitar empat kali lebih luas dari biasanya untuk kerja karena ada physical distancing yang harus diperhatikan, kalau dulu kita bisa berdekatan besok kita harus berjauhan," kata Jazir kepada Republika.co.id, Selasa (30/6).

Ia menerangkan, langkah-langkah antisipasi lain yang dilakukan seperti untuk merobohkan hewan kurban yang biasanya perlu banyak tenaga berdekatan. Namun, tahun ini Masjid Jogokariyan sudah membuat empat alat untuk merobohkan hewan.

Jazir menjelaskan, alat itu sendiri memang dibuat khusus untuk robohkan hewan kurban berukuran besar seperti sapi. Cara kerjanya, hewan dimasukkan ke alat seperti penjepit ikan bakar, dan tinggal ditidurkan tanpa perlu banyak orang.

"Jadi, peralatannya yang menyesuaikan, ruangnya yang menyesuaikan, tidak perlu orang berkumpul, ini sudah kita antisipasi semua hal-hal teknisnya," ujar Jazir.

Masjid Jogokariyan sendiri biasanya melaksanakan pemotongan hewan kurban untuk sekitar 35 ekor sapi dan 60 ekor kambing. Jazir memperkirakan, jumlah hewan tetap di kisaran itu, tapi kemungkinan terdapat penambahan dari luar.

Sebab, pada Idul Adha ini mungkin tidak semua masjid-masjid menyelenggarakan pemotongan hewan kurban karena pandemi Covid-19. Indikasi itu dikuatkan oleh bertambahnya jumlah zakat mal Masjid Jogokariyan pada Idul Fitri 1441 H lalu.

"Sebab, saat masjid-masjid lain tutup, masyarakat banyak membayar zakat mal ke Masjid Jogokariyan, kemarin zakat mal kita meningkat sekitar Rp 600 juta. Tahun lalu cum Rp 1,7 miliar, tahun ini malah Rp 2,3 miliar," kata Jazir.

Soal kemungkinan banyak orang yang melihat proses pemotongan, ia menekankan, yang penting bukan melarang atau mengizinkan. Tapi, masjid itu sendiri yang harus mempersiapkan protokol pencegahan penyebaran Covid-19 untuk diterapkan.

Jadi, lanjut Jazir, jangan sampai aktivitas-aktivitas itu ditiadakan. Tapi, yang paling penting, masjid harus memastikan aktivitas-aktivitas yang akan dilaksanakan itu berlangsung aman.

"Jangan kita memudahkan, masjid tutup saja, tidak boleh, tantangan seperti apa tidak boleh. Yang kita pikirkan itu keamanannya. Kita tidak khawatir kerumunan, yang perlu dikhawatirkan kemampuan kita menerapkan protokol kesehatan," ujar Jazir.

Pada Idul Fitri 1441 H lalu, misal, ada sekitar 1.500 jamaah yang datang dan semua protokol pencegahan penyebaran Covid-19 mampu diterapkan. Penerapan itu bisa baik karena protokol biasa diterapkan tiap hari dalam lima waktu sholat.

"Meskipun barang kali sudah aman, tapi menjaga perasaan aman juga penting. Alhamdulillah, di sekitar Masjid Jogokariyan sampai hari ini tidak ada yang terpapar Covid-19," kata Jazir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement