Selasa 30 Jun 2020 12:59 WIB

Hashim: Jangan Salahkan Harimau ketika Konflik dengan Warga

Kurang dari dua bulan terakhir PR-HSD ARSARI telah merehabilitasi tiga individu Harim

Rep: Febrian Fachri/ Red: Agus Yulianto
Hashim Djojohadikusumo
Foto: Republika/ Wihdan
Hashim Djojohadikusumo

REPUBLIKA.CO.ID, DHARMASRAYA -- Ketua Yayasan ARSARI Djojohadikusumo, Hashim Djojohadikusumo menyayangkan konflik harimau dengan manusia terus terjadi di Sumatera. Menurut Hashim, adanya konflik manusia dengan satwa liar pasti ada penyebab. 

Hashim meminta masyarakat tidak menyalahkan harimau. Sebab, bisa jadi mereka sudah terganggu karena ulah manusia yang merusak hutan yang menjadi habitat satwa liar.

"Tentu saja satwa liar tidak bisa disalahkan sepihak sebagai penyebab keresahan warga, namun kita semua perlu berkaca apakah selama ini kita telah merusak dan mengganggu hutan tempat tinggal mereka,” kata Hashim, melalui siaran pers yang diterima Republika dari Yayasan ARSARI, Selasa (30/6).

Yayasan ARSARI merupakan pengelola Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya (PR-HSD ARSARI) di Kabupaten Dharmasraya Sumbar. Selama kurang dari dua bulan terakhir PR-HSD ARSARI telah merehabilitasi tiga individu Harimau Sumatra yaitu Ria, Corina, dan Putri Singgulung. 

 

Selang dua minggu dari evakuasi Putri Singgulung, mereka kembali menerima satu individu yang dibawa dari Nagari Gantung Ciri, KEcamatan Kubung, Kabupaten Solok yakni harimau jantan berusia 1 tahun yang diberi nama Putra Singgulung. Putra Singgulung merupakan saudara Putri Singgulung yang selama dua bulan terakhir meresahkan warga Gantung Ciri dan beberapa nagari lainnya di Kubung.

Putra Singgulung baru dievakuasi pada Senin (29/6) kemarin setelah satu hari masuk ke dalam perangkap yang dibuat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar resor Solok. Setelah dievakuasi, Putra Singgulung dibawa ke PRS-HSD ARSARI di Dharmasraya.

Hashim yang merupakan adik kandung Menhan Prabowo Subianto memahami BKSDA Sumbar memilih mengirimkan Putra Singgulung dan Putri Singgulung ke PR-HSD. Ini karena keduanya masih sangat muda sehingga masih riskan bila langsung dilepasliarkan ke dalam hutan lindung.

"Harimau Sumatera Putra belum pasti bisa bertahan hidup di alam tanpa induknya karena seperti juga Putri yang usianya tidak berbeda jauh, dia belum bisa berburu mangsa hidup sendiri tanpa induknya yang selama ini ada di dekatnya,” ucap Hashim.

Di PR-HSD, harimau akan dirawat dan tetap menjaga kondisi satwa tersebut sebagai hewan liar. Supaya nanti ketika waktunya sudah tepat, mereka akan kembali melepasliarkan harimau sumatera ke dalam hutan dalam kondisi siap untuk bersaing di dalam rantai makanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement