Selasa 30 Jun 2020 09:58 WIB

Normal Baru, AFPI Siapkan Langkah Strategis Atasi Dampak Cov

Keberadaan fintech pendanaan bersama di era normal baru relevan untuk pasar keuangan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Fintech Lending. Ilustrasi
Foto: Google
Fintech Lending. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengatakan siap menangkap peluang di era New Normal atau Normal Baru. Di era normal baru, AFPI melihat digitalisasi menjadi tren industri kedepannya.

Keberadaan fintech pendanaan bersama di era New Normal dinilai semakin relevan sebagai sarana untuk memperdalam pasar keuangan di Indonesia. "Industri fintech pendanaan bersama memiliki kemampuan beradaptasi sebagai DNA seluruh perusahaan menghadapi situasi dampak pandemi Covid-19," ujar Ketua Umum AFPI Adrian Gunadi, Selasa (30/6). 

Baca Juga

Didukung infrastruktur dan struktur organisasi yang fleksibel, kata Adrian, fintech pendanaan bersama memudahkan industri bertranformasi dan meningkatkan kolaborasi dengan layanan keuangan ekosistem lain. Hal ini sebagai bentuk komitmennya dalam mendukung peran aktif sebagai solusi penyaluran pinjaman masyarakat khususnya sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Adrian menambahkan AFPI melalui para member selama ini membuktikan kolaborasi antara fintech pendanaan bersama dan layanan keuangan konvensional berjalan dengan efektif dan tepat sasaran. Kerja sama tersebut telah berjalan melalui beberapa program seperti channeling dan melakukan assessment terhadap credit scoring atau alternative scoring.

Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Tris Yulianta berharap AFPI dapat berkontribusi secara optimal menjadi jembatan antara platform penyelenggara dengan regulator. AFPI diharapkan bisa memberikan edukasi secara berkelanjutan memberikan kepada  penyelenggara seperti mengenai biaya maksimum 0,8 persen perhari, terkait pencantuman emergency call penagihan agar diberikan pembatasan yang jelas dalam code of conduct dan dijalankan oleh semua penyelenggara.

"Selain itu, kolaborasi yang baik bisa dilanjutkan dan kerja sama yang kurang baik bisa ditemukan solusinya," ujar Tris.

Dewan Penasehat AFPI, Chatib Basri menyampaikan perilaku masyarakat yang berubah dan mengarah ke digital, merupakan kesempatan bagi industri fintech pendanaan bersama untuk mengambil pasar. Hal ini didukung adanya keunggulan komparatif yang dimiliki industri berbasis teknologi ini, namun tentunya harus mempunyai daya tahan yang panjang.

Menurut Chatib, proses pemulihan di industri keuangan kemungkinan baru bisa di pertengahan tahun 2021 atau bisa lebih lama. Pasalnya proses tersebut terjadi di seluruh dunia dan berimpllikasi juga ke industri fintech pendanaan bersama.

"Perusahaan fintech pendanaan bersama harus punya amunisi yang kuat serta memerlukan strategi untuk bisa memiliki nafas panjang,” tambah dia.

Ketua Harian AFPI Kuseryansyah menambahkan selama masa wabah ini secara umum penurunan terjadi hampir pada sebagian besar platform penyelenggara fintech pendanaan bersama. Namun ada beberapa sektor yang terjadi peningkatan penyaluran pembiayaan seperti distribusi pada healthcare, utamanya pada UMKM farmasi, obat-obatan dan alat pendukung kesehatan.

Begitu juga sektor yang terkait dengan distribusi pangan, produk agrikultur, makanan kemasan, memiliki perkembangan yang positif. Menurut Kuseryansyah, dimasa wabah Covid-19 ini, masih ada beberapa platform yang tetap mencatatkan pertumbuhan pencairan.

"Dengan kekuatan inovasi produk dan adaptasi dari artificial intelligent (credit scoring) dalam pengelolaan risiko, mereka masih mencatatkan pertumbuhan spektakuler hingga lebih dari 100 persen. Tentu saja, hal tersebut dimungkinkan karena dukungan dari pemberi pinjaman mereka baik institusional maupun individual," tutup Kuseryansyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement