Selasa 30 Jun 2020 06:14 WIB

Pertamina akan Lepas Dua Subholding

Pelepasan dua subholding berdasarkan kajian awal untuk tingkatkan kapitalisasi pasar.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (tengah) mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (25/2). PT Pertamina (Persero) memastikan bahwa langkah pelepasan saham ke publik atau IPO sampai saat ini masih dalam tahap kajian.
Foto: Antara/Reno Esnir
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (tengah) mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (25/2). PT Pertamina (Persero) memastikan bahwa langkah pelepasan saham ke publik atau IPO sampai saat ini masih dalam tahap kajian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) memastikan bahwa langkah pelepasan saham ke publik atau IPO sampai saat ini masih dalam tahap kajian. Dari tahap kajian yang dilakukan perusahaan, paling tidak akan ada dua subholding yang siap dilepas ke pasar.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan dua subholding tersebut adalah subholding shipping (pengapalan) dan subdholding renewable energi (energi terbarukan). "Ada subholding shipping dan new and renewable sedang dikaji (IPO) kami belum mengambil keputusan untuk itu," kata Nicke dalam RDP bersama Komisi VII, Senin (29/6) malam.

Baca Juga

Nicke menjelaskan langkah IPO ini perlu dilakukan untuk bisa menghasilkan market cap yang besar. Nantinya market cap yang besar ini menjadi kekuatan perusahaan untuk bisa membangun infrastruktur migas ke depannya.

"Untuk melakukan ini, kita harus yakin tujuan IPO apa. IPO itu cara, bukan tujuan, kalau tidak hasilkan market cap (kapitalisasi pasar) atau dana yang optimal tidak akan kita lakukan," tegas Nicke.

Semua keputusan terkait IPO ada di tangan pemegang saham dan dia menyatakan belum bisa mengungkapkan ke publik sebelum ada kajian mendalam. "Tetap kami lakukan tapi tidak hari ini (kami umumkan), karena harus dengan matang, keputusan pemegang saham, target market cap berapa itu harus kami sampaikan, jangan sampai keputusan muncul di publik sebelum ada kajian yang optimal. Kalau ini keputusan pemegang saham kami lakukan dengan tahapan yang prudent profesional," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement