Senin 29 Jun 2020 15:57 WIB

ACT Tasikmalaya Berikan Trauma Healing kepada Anak Pengungsi

Sejak bencana terjadi relawan MRI-ACT telah berada di lokasi bencana

Rep: bayu adji p/ Red: Hiru Muhammad
Relawan ACT melakukan trauma healing kepada anak-anak yang mengungsi akibat terdampak tanah longsor di Desa Cikubang, Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (29/6).
Foto: ACT Tasikmalaya
Relawan ACT melakukan trauma healing kepada anak-anak yang mengungsi akibat terdampak tanah longsor di Desa Cikubang, Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (29/6).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--Puluhan warga terdampak longsor di Kampung Mekarsari, Dusun Bakompasir, Desa Cikubang, Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya, masih mengungsi hingga Senin (29/6). Beberapa warga yang ikut mengungsi adalah anak-anak. 

Relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Tasikmalaya, Hendrayani mengatakan, sejak bencana longsor terjadi di wilayah itu pada Jumat (19/6), tim MRI-ACT Tasikmalaya telah turun ke lapangan untuk membantu masyarakat yang terdampak. Ikhtiar memulihkan warga setempat yang terdampak longsor dimulai dari membuat dapur umum untuk mensuplai kebutuhan makan yang setiap harinya menyediakan 200 porsi makanan untuk warga.

"Selain support dapur umum, Tim MRI-ACT juga mengupayakan aksi trauma healing untuk anak-anak setempat dengan mendatangkan relawan muda ke lokasi pengungsian," kata dia melalui keterangan tertulis kepada Republika, Senin.

Ia menjelaskan, anak-anak di lokasi pengungsian diajak bermain oleh tim relawan muda ACT agar tetap ceria. Dengan begitu, anak-anak yang terdampak longsor itu dapat melupakan pengalaman buruk mereka. 

 

Menurut dia, setiap pagi dan sore hari, anak-anak di lokasi pengungsian terus diajak bermain. Anak-anak juga diajak berolahraga untuk menjaga daya tahan tubuh mereka. 

Salah satu relawan muda ACT, Mochammad Miftah Fauzi mengatakan, para relawan di lokasi mengajak anak-anak untuk bermain, berolahraga, bernyanyi hingga makan bersama, sejak pagi hingga sore. "Ini bisa menjadi obat atau pelipur bagi anak-anak di sini. Mudah-mudahan kehadiran kami di sini bisa bermanfaat khususnya aksi trauma healing," kata dia.

Sementara itu, Ketua Rukun Warga (RW) setempat, Supiatna mengatakan, sejak awal kejadian bencana warganya masih terus mengungsi di tenda, mushala, dan rumah warga yang dianggap aman. Ia berharap, relokasi untuk warga yang terdampak longsor di wilayahnya dapat segera terealisasi. Dengan begitu, warga tak harus mengungsi lagi.

Berdasarkan catatan Republika, di lokasi itu terdapat 30 kepala keluarga atau 94 jiwa warga yang mengungsi. Akibat bencana tanah longsor yang terjadi pada Jumat dua pekan lalu, sebanyak empat rumah rusak berat, sembilan rumah retak-retak, dan 17 rumah terdampak. Sementara warga masih takut longsor susulan jika kembali ke rumahnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement