Jumat 26 Jun 2020 19:02 WIB

Dexamethasone Berpotensi Selamatkan Pasien Covid-19 Parah

Dexamethasone tak dianjurkan untuk pasien Covid-19 bergejala ringan.

Rep: Mabruroh/ Red: Reiny Dwinanda
Peneliti di Inggris mendapati pemberian dexamethasone dapat meningkatkan angka kesembuhan pasien Covid-19 yang sakit parah.
Foto: AP
Peneliti di Inggris mendapati pemberian dexamethasone dapat meningkatkan angka kesembuhan pasien Covid-19 yang sakit parah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti di Oxford University belum lama ini menyimpulkan bahwa obat dexamethasone mampu menyelamatkan hidup pasien Covid-19. Penelitian ini telah diumumkan pada 16 Juni lalu.

Dilansir Fox News, para peneliti mengatakan, uji coba memberikan bukti yang jelas, bahwa pengobatan dengan dexamethasone berhasil mengurangi risiko kematian pada pasien. Dexamethasone 6 mg diberikan sekali sehari selama 10 hari.

Baca Juga

Obat steroid tersebut hanya diperuntukkan bagi pasien Covid-19 dengan kondisi parah, misalnya pasien yang dipasangi ventilator. Sementara itu, pasien dengan gejala ringan atau tidak membutuhkan tabung oksigen, tidak dianjurkan mengonsumsi dexamethasone.

"Dexamethasone diperuntukkan bagi pasien yang menderita Covid-19 dengan kondisi parah, mengingat biayanya yang rendah, profil keamanan yang dipahami dengan baik, dan ketersediaan luas, ini adalah salah satu (obat) yang dapat digunakan di seluruh dunia," demikian catatan para peneliti.

Penelitian yang juga dikenal sebagai Recovery Test melibatkan 11.320 pasien di Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara. Sekitar 2.104 pasien secara acak mendapatkan obat, sementara 4.321 pasien lainnya menerima perawatan biasa.

Usia rata-rata peserta penelitian adalah 66,1 tahun dan lebih dari setengah pasien memiliki setidaknya satu komorbiditas utama. Sekitar 15 persen dari semua pasien rawat inap UK dengan Covid-19 terdaftar dalam uji coba.

photo
Infografis dexamethasone - (Republika)

Dexamethasone merupakan obat golongan kortikosteroid. Para peneliti mencatat banyak ketidakpastian tentang efektivitas kortikosteroid dalam Covid-19. Namun, kortikosteroid telah banyak digunakan saat terjadi wabah SARS, MERS, influenza berat, dan pneumonia.

“Sangat mungkinkan kortikosteroid mampu bekerja terhadap pernapasan yang parah akibat infeksi virus, tergantung pada penggunaan dosis yang tepat, pada waktu yang tepat, pada pasien yang tepat,” tulis peneliti.

Sebelum adanya pemulihan, banyak pedoman pengobatan Covid-19 yang menyatakan bahwa kortikosteroid tidak dianjurkan walaupun di Cjina, kortikosteroid direkomendasikan untuk kasus yang parah. Uji coba ini dilakukan di 176 organisasi rumah sakit National Health Service (NHS) di Inggris. Pendanaan untuk penelitian ini disediakan oleh pemerintah Inggris serta donor swasta, termasuk Yayasan Bill dan Melinda Gates.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement