Jumat 26 Jun 2020 18:33 WIB

Anggota Dewan Australia Diduga Terkait Partai Komunis China

Intelijen Australia menggerebek rumah dan kantor politikus Australia Shaoquett Moselm

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
partai komunis cina (ilustrasi).
partai komunis cina (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Petugas intelijen dan polisi Australia menggerebek rumah dan kantor politisi oposisi, Shaoquett Moselmane, pada Jumat (26/6). Kegiatan ini dilakukan dari hasil penyelidikan terhadap dugaan ia terkait pengaruh China.

Agen keamanan menggeledah properti yang terhubung dengan legislator negara bagian New South Wales itu. Dia telah menjadi sasaran tuduhan sejak lama punya hubungan dengan Partai Komunis China yang berkuasa di Beijing.

Baca Juga

Organisasi Intelijen Keamanan Australia (ASIO) mengonfirmasi bahwa aktivitas surat perintah pencarian sedang terjadi di Sydney sebagai bagian dari penyelidikan yang sedang berlangsung. Meski begitu, tidak ada ancaman khusus bagi masyarakat terkait penggeledahan ini.

Sikap Moselmane yang pro-Beijing telah lama menarik perhatian, bahkan di antara rekan-rekannya di Partai Buruh. Pemimpin Partai Buruh New South Wales, Jodi McKay, mengatakan diberitahu tentang operasi di rumah dan kantor Moselmane dan telah memulai proses penangguhan keanggotaannya dalam partai.

"Ini sangat mengkhawatirkan. Sangat penting bahwa setiap anggota parlemen berfokus pada orang-orang di negara (bagian) mereka," ujar McKay.

Moselmane secara terbuka memuji kepemimpinan pemimpin China, Xi Jinping. Dia mengatakan, Xi tidak goyah selama menangani pandemi virus korona dan pernyataan ini sangat kontras dengan tanggapan Pemerintah Australia.

"Presiden Xi melangkah dan memberikan kepemimpinan itu. Dia mengumpulkan sumber daya bangsa dan bersama-sama dengan orang-orang hebat di China,  berjuang dan menahannya," ujar Moselmane menulis di situs pribadinya.

Pada 2018, Moselmane memberikan pidato yang menyarankan tatanan dunia baru akan diperlukan jika China ingin memenuhi potensinya. Media lokal melaporkan, dia juga mempekerjakan seorang staf yang dilatih di Akademi Pemerintahan Cina di Beijing, sebuah sekolah anggota Partai Komunis yang akan menduduki jabatan publik.

Operasi ini merupakan sinyal lain dari upaya baru pemerintah Australia untuk menangani tuduhan subversi China terhadap politik Australia. Peristiwa ini kemungkinan akan meningkatkan suhu dari hubungan yang kurang baik antara Beijing dan Canberra.

Tahun lalu, mantan kepala Asio, Duncan Lewis, mengatakan, China ingin mengambil alih sistem politik Australia dengan kampanye spionase dan pengaruhnya yang berbahaya, dan sistematis. Dia mengutip kasus pialang kekuasaan Partai Buruh, Sam Dastyari atau Shanghai Sam yang terpaksa mengundurkan diri pada 2018 setelah mengambil puluhan ribu dolar dari donor yang terkait dengan Partai Komunis.

Pemerintah Perdana Menteri, Scott Morrison, pun akhirnya mengeluarkan undang-undang campur tangan asing menyusul kabar pengusaha kaya yang memiliki hubungan dengan Beijing ini membayar kandidat lokal di seluruh spektrum politik.

Otoritas Australia juga mencari pembuktian bahwa China mencoba merekrut seorang pengusaha Melbourne dan membuatnya terpilih menjadi anggota parlemen. Bo "Nick" Zhao yang merupakan anggota Partai Liberal menolak tawaran itu dan ditemukan tewas di kamar motel.

China telah menolak tuduhan itu dan menyatakan itu adalah kebohongan. Politisi, organisasi dan media Australia diklaim menggoreng isu yang berkaitan dengan mata-mata China.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement