Jumat 26 Jun 2020 15:39 WIB

Sayuran Organik Produksi Milenial Kian Eksis di Masa Pandemi

Petani milenial Jawa Tengah memproduksi sayuran organik dan memasarkan lewat medsos

Petani milenial Jawa Tengah memproduksi sayuran organik dan memasarkan lewat media sosial
Foto: Kementan
Petani milenial Jawa Tengah memproduksi sayuran organik dan memasarkan lewat media sosial

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian {Kementan) mendorong petani muda berkarya maju, mandiri dan modern. Pasalnya mereka  mampu mendongkrak perekonomian bangsa Indonesia. 

Petani milenial adalah petani muda dengan rentang usia antara 19-39 tahun. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan bahwa generasi milenial adalah penentu kemajuan pembangunan pertanian di masa depan. Ia meyakini tongkat estafet pembangunan pertanian ada pada pundak generasi muda. 

"Generasi milenial terus dijadikan target utama untuk mendongkrak kualitas sumber daya manusia di bidang pertanian," ujar SYL dalam keterangannya, Kamis (25/6). Atas dasar itulah Kementerian Pertanian di Indonesia menargetkan 1 juta petani milenial ikut tergabung dalam 40 ribu kelompok di masing-masing daerah, yang terdiri atas 20-30 orang. 

"Target tersebut tentu saja akan segera direalisasikan dalam beberapa fokus sektor komoditas pertanian, di antaranya 500 petani milenial hortikultura," ujar dia. 

Hal senada diungkapkan oleh Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto. Anton-sapaannya- mengatakan, suksesnya program petani milenial butuh persiapan dan sosialisasi. Dengan demikian monitoring serta evaluasi nantinya akan dilakukan untuk penumbuhan dan penguatan para petani milenial di sentra hortikultura. 

"Sebelumnya, petani identik dengan orang-orang tua, namun di Kopeng Kabupaten Semarang ada sekumpulan anak muda yang menekuni budidaya sayuran organik," ujar dia. 

Sementara itu Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf saat dihubungi menyatakan bahwa meningkatnya kesejahteraan masyarakat akan mengubah pola konsumsi sayuran aman konsumsi. "Apalagi kalau hidup sehat dengan pola konsumsi sayuran aman, maka pilihan tepatnya adalah konsumsi sayuran organik yang bebas pestisida," ujar wanita yang kerap disapa Yanti ini. 

Dukungan program budidaya ramah lingkungan ini, kata Yanti, melalui desiminasi dan sosialisasi ke pembina di daerah. "Fungsional POPT dan petani terus mendukung dan mewujudkan Gerakan Mendorong Produksi, Daya Saing dan Ramah Lingkungan (Gedor) Hortikultura," ungkap Yanti. 

Petani Muda Beromzet Ratusan Juta

Kepala UPT BPTPH Provinsi Jawa Tengah, Herawati menyatakan kelompok tani milenial Citra Muda Getasan yang diketuai oleh Sofyan Adi Cahyono, merupakan figur petani muda.

"Meski muda, namun tangan-tangan mereka terampil mengolah lahan untuk ditanami aneka macam sayuran. Hebatnya lagi, semua sayuran yang ditanam anak-anak muda ini adalah sayuran organik. Penjualannya pun menggunakan metode kekinian, yakni melalui sejumlah platform media sosial," ungkapnya.

Herawati merasa bangga produksi petani muda yang kreatif dan inovatif ini bisa bertahan di tengah pandemi, bahkan omzet sayuran produksinya justru meningkat.

"Bahkan bisa naik 300 persen. Mereka petani muda yang ideologis, punya komitmen tinggi dan terus berjuang. Untuk menjadi berhasil seperti sekarang, ternyata prosesnya cukup lama, mereka membutuhkan waktu 12 tahun," ucapnya. Keberadaan kelompok petani milenial ini membuktikan bahwa anak muda juga bisa sukses di dunia pertanian. Didasari kemauan, konsistensi dan ketekunan maka hasilnya akan berkualitas. 

"Mari semua anak muda yang ingin menekuni dunia ini bisa mengacu ke sini. Anak-anak muda seperti mas Sofyan ini akan kami jadikan champion yang kita harapkan bisa menginspirasi banyak anak muda di Jawa Tengah," ucap Hera. Sofyan mengatakan kelompoknya beranggotakan 30 anak muda usia 19-38 tahun. Selain itu terdapat 18 kelompok tani dengan 400 petani yang menjadi mitranya. 

"Produknya adalah sayur organik. Ada 50 lebih jenis sayuran organik yang kami pasarkan secara online. Memang benar bahwa wabah covid-19 membuat penjualan justru semakin meningkat. Jika biasanya perbulan hanya mampu menjual 4 hingga 5 ton sayur organik, saat ini penjualannya meningkat hingga 300 persen menjadi 14-15 ton sayur per bulan," jelasnya.

Hal ini didukung banyaknya masyarakat yang sadar akan pentingnya pola hidup sehat dengan mengonsumsi sayuran organik sehingga meningkatkan penjualan. Disinggung alasan mau menjadi petani di usia muda, Sofyan mengatakan bahwa usaha tani juga sangat menguntungkan. Dari pertanian, penghasilan yang diperoleh cukup besar dan tidak kalah dengan profesi lainnya. 

"Saat ini omzet kami per bulan mencapai Rp 300 juta. Jadi penghasilan petani itu tidak kalah dengan profesi lainnya. Apalagi pertanian menghasilkan bahan makanan yang terus dibutuhkan sepanjang hidup manusia. Jadi ini merupakan prospek penghasilan jangka panjang," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement