Jumat 26 Jun 2020 14:34 WIB

Studi Microsoft: Kasus Penambangan Cryptocurrency Tinggi

Indonesia alami kasus penambangan cryptocurrency dan ransomware yang tinggi.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Studi Microsoft: Tingkat Kasus Penambangan Cryptocurrency 2 Kali Lebih Tinggi dari Rata-rata. (FOTO: Indodax)
Studi Microsoft: Tingkat Kasus Penambangan Cryptocurrency 2 Kali Lebih Tinggi dari Rata-rata. (FOTO: Indodax)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Microsoft telah meluncurkan hasil riset Asia Pasifik di edisi terbaru Security Endpoint Threat Report 2019 yang mengungkapkan, Indonesia memiliki tingkat malware tertinggi di kawasan ini. Indonesia juga mengalami kasus penambangan cryptocurrency dan ransomware yang tinggi tahun lalu.

Menurut riset, tingkat kasus penambangan cryptocurrency Indonesia berada di 0,10 persen pada tahun 2019. Meskipun terjadi penurunan 72 persen dari tahun 2018, ini 2 kali lebih tinggi dari rata-rata regional dan global, dan tingkat kasus tertinggi ke-4 di seluruh wilayah.

Baca Juga: Ngeri! Laporan Microsoft: Tingkat Kasus Malware di Indonesia Tertinggi di Asia Pasifik

Dalam serangan seperti ini, komputer korban terinfeksi dengan malware penambangan cryptocurrency yang memungkinkan penjahat untuk menggunakan sistem komputer tanpa sepengetahuan korban.

"Dengan fluktuasi nilai cryptocurrency sekarang serta meningkatnya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan uang digital ini, para penjahat kembali memfokuskan upaya mereka untuk terus mengeksploitasi pasar yang memiliki kesadaran dan adopsi praktik keamanan dunia maya yang rendah," jelas Haris Izmee, President Director Microsoft Indonesia dalam keterangant tertulisnya, Jumat (26/6).

Tingkat serangan unduhan drive-by di Asia Pasifik telah menyatu dengan seluruh dunia pada angka 0,08, menurun sebesar 27 persen dari tahun 2018. Tingkat serangan unduhan drive-by di Indonesia mencapai 0,12 pada tahun 2019, menurut laporan ini. Meskipun ada penurunan signifikan sebesar 61 persen, angka ini tetap 1,5 kali lebih tinggi dari rata-rata regional dan global dan Indonesia mencatat tingkat serangan tertinggi ke-6 di seluruh wilayah Asia Pasifik.

Serangan ini melibatkan pengunduhan kode berbahaya pada komputer pengguna secara rahasia ketika mereka mengunjungi situs web atau mengisi formulir online. Kode berbahaya yang diunduh kemudian digunakan oleh penyerang untuk mencuri kata sandi atau informasi keuangan.

Terlepas dari penurunan secara umum serangan unduhan drive-by di seluruh wilayah, studi ini menemukan bahwa hub bisnis regional, Singapura, dan Hong Kong mencatat tingkat serangan tertinggi pada tahun 2019, lebih dari tiga kali rata-rata regional dan global.

"Kami biasanya melihat penjahat dunia maya meluncurkan serangan seperti itu untuk mencuri informasi keuangan atau kekayaan intelektual. Ini kemungkinan menjadi alasan mengapa pusat keuangan regional mencatat tingkat tertinggi dari ancaman semacam ini. Tingkat serangan yang tinggi di pasar-pasar ini tidak berarti angka infeksinya tinggi, mungkin karena adanya praktik keamanan cyber yang baik dan penggunaan perangkat lunak asli," jelas Haris.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement